STRESS DAN ADAPTASI





BAB I
PENDAHULUAN



A.   Latar Belakang
Perasaan stressyang timbul disebabkan karena insting atau reaksi tubuh untuk mempertahankan diri. Reaksi seperti ini adalah baik pada saat atau kondisi gawat darurat atau emergensi, seperti reaksi keluar dari mobil yang kecepatannya melampaui batas dan akan menabrak jalan. Stress juga dapat disebabkan karena gejala-gejala fisik yang berlangsung terlalu lama, seperti dalam merespon tantangan dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Stress menjadikan tubuh anda bekerja secara berlebihan yang dapat membuat anda merasa cemas, takut, khawatir dan tegang.
Perubahan kecil apapun dapat membuat anda merasa tertekan atau merasa stress, bahkan perubahan yang baik sekalipun. Itu bukan hanya perubahannya atau kejadian itu sendiri, tapi juga bagaimana reaksi seseorang atau anda terhadap perubahan atau kejadian yang terjadi. Ketegangan atau stress pada tiap orang berbeda-beda, sebagai contoh seseorang mungkin merasa stress karena pensiun dari pekerjaannya, sementara orang lain mungkin tidak mengalami stress seperti apa yang dialami orang tersebut yang stress karena pensiun kerja.
Hal lain yang mungkin menjadikan seseorang stress termasuk di PHK dari pekerjaan, ditinggal atau anak pulang kampung, ditinggal pergi suami atau orang yang dicintai, bercerai atau menghadapi pernikahan, penyakit tertentu, kecelakaan, kenaikan pangkat dalam pekerjaan, masalah keuangan, pindah rumah atau mempunyai momongan baru dan lain sebagianya.
Dapatkah stress berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang?Kondisi stressdapat menyebabkan masalah kesehatan atau menjadikan masalah-masalah yang ada menjadi lebih berat jika seseorang tidak dapat menemukan cara atau jalan untuk menghadapinya. Konsultasikan dengan dokter jika anda berpikir bahwa beberapa gejala yang anda punyai disebabkan karena faktor stress. Merupakan hal penting untuk memastikan bahwa gejala-gejala tersebut bukan disebabkan karena masalah kesehatan lainnya.


BAB II
PEMBAHASAN



1.    Definisi Stress dan Stresor
A.  Definisi stress
Kata “stres” bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu. Sebagian individu mendefinisikan stresssebagai tekanan, desakan atau respon emosional. Para psikolog juga mendefinisikan stressdalam berbagai bentuk. Stressbisa mengagumkan, tetapi bisa juga fatal. Semuanya tergantung kepada para penderita.   Lazarus dan Folkman, 1984 menyatakan, stresspsikologis adalah sebuah hubungan antara individu dengan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai hal yang membebani atau sangat melampaui kemampuan seseorang dan membahayakan kesejahteraannya.
Stress dapat dijadikan sebagai stimulus untuk perubahan dan perkembangan, sehingga dalam hal ini dapat dianggap positif atau bahkan perlu. Meskipun demikian stress yang terlalu berat dapat mengakibatkan sakit, penilaian yang buruk , dan ketidakmampuan unuk bertahan . stress dapat didefinisikan sebagai respon adptif, dipengaruhi oleh karakteristik individual dan/atau proses psikologis yaitu akibat dari tindakan, situasi atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan/atau fisiologis terhadap seseorang.( Ivancevich dan Matteson, 1980 dalam kreitner dan kinicki, 2004)
Menurut Hans Selye, “Stress adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI,1989). Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001). Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan, 1987).
“Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis, 1999). Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000) bahwa yang dimaksud “Stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut”.
Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu.
Stressadalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distressdan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stressmembutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau Teori Selye, menggambarkan stresssebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stresstersebut positif atau negatif. Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu (Issac, 2004)
Stressadalah reaksi atau respons psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Stressdewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subyektif terhadapat stres.  Konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres, semuanya sebagai sistem (WHO,158)
Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stressmempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.Stress adalah suatu tuntutan yang mendorong organisme untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri. Sedangkan stressor adalah suatu sumber stres.

B.  Definisi stresor    
Stresor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologik nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stressreaction acute (reaksi stressakut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stressfisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari.
Stressor  merupakan stimuli yang mengawali atau memicu perubahan yang menimbulkan stress. Stressor mewakili kebutuhan yang tidak terpenuhi, bisa berupa kebutuhan fisiologis, psikologis, social, lingkungan, spiritual, dan sebagainya. ini biasanya disertai oleh perasaan was-was kuatir dalam percapaian tujuan.
Sumber stressyang dapat menjadi pemicu munculnya stresspada individu, berdasarkan sumbernya dibagi menjadi 2 yaitu:
1.    Stressor atau Frustrasi Eksternal (Frustrasi = kekecewaan yang mendalam). 
Stressor eksternal : berasal dari luar diri seseorang, misalnya perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, tekanan dari pasangan.
2.    Stressor atau Frustrasi Internal  
Stressor internal : berasal dari dalam diri seseorang, misalnya demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah). 
Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu:
A.    Faktor Lingkungan.
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan. Yaitu:
a.      Ketidakpastian ekonomi.
b.     Ketidakpastian politik.
c.      Kemajuan teknologi.
d.     Terorisme

B.    Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana contoh-contoh itu terkandung di dalamnya.

3. Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi terutama faktor-faktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan.
2.    Tahap-Tahap Stress
Gejala-gejala stresspada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stresstimbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Amberg (dalam Hawari, 2001) membagi tahapan-tahapan stresssebagai berikut :
A.     Stresstahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stressyang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
a.      Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).
b.     Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.
c.      Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

B.      Stresstahap II
Dalam tahapan ini dampak stressyang semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stresstahap II adalah sebagai berikut:
a.      Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar.
b.     Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
c.      Lekas merasa capai menjelang sore hari.
d.     Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort).
e.      Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).
f.       Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
g.      Tidak bisa santai.

C.      StressTahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stresstahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu:
a.      Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).
b.     Ketegangan otot-otot semakin terasa.
c.      Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.
d.     Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia).
e.      Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa loyo dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stresshendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.

D.     StressTahap IV
Gejala stresstahap IV, akan muncul:
a.      Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
b.     Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
c.      Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate).
d.     Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
e.      Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan; Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan.
f.       Daya konsentrasi, daya ingat menurun.
g.      Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

E.      StressTahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stresstahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
a.      Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion).
b.     Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana.
c.      Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder).
d.     Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

F.      StressTahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stresstahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stresstahap VI ini adalah sebagai berikut:
a.      Debaran jantung teramat keras.
b.     Susah bernapas (sesak dan megap-megap).
c.      Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.
d.     Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.
e.      Pingsan atau kolaps (collapse).
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
3.    General dan local adaptation syndrome (GAS & LAS)
Menurut Hans Selye, 1950 stress adalah respon tubuh yang bersifat non-spesifik terhadap setiap tuntutan beban di atasnya. Selye memformulasikan konsepnya dalam General Adaptation Syndrome (GAS) dan Lokal Adaptasion Syndrome (LAS).
 Pada LAS Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stres, responnya berjangka pendek. Karakteristik dari LAS:
a.        Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem.
b.       Respons bersifat adaptif, diperlukan stresor untuk menstimulasikannya.
GAS ini berfungsi sebagai respon otomatis, respon fisik, dan respon emosi pada seorang individu. Selye mengemukakan bahwa tubuh kita bereaksi sama terhadap berbagai stressor yang tidak menyenangkan, baik sumber stress berupa serangan bakteri mikroskopi, penyakit karena organisme, perceraian ataupun kebanjiran. Model GAS menyatakan bahwa dalam keadaan stress, tubuh kita seperti jam dengan system alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya habis.  Respon GAS ini dibagi dalam tiga fase, yaitu:
1.     Reaksi waspada (alarm reaction stage)
Adalah persepsi terhadap stresor yang muncul secara tiba-tiba akan munculnya reaksi waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk mempertahankan diri. Diawali oleh otak dan diatur oleh sistem endokrin dan cabang simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksi ini disebut juga reaksi berjuang atau melarikan diri (fight-or-flight reaction).
2.     Reaksi Resistensi (resistance stage)
Adalah tahap di mana tubuh berusaha untuk bertahan menghadapi stressyang berkepanjangan dan menjaga sumber-sumber kekuatan  (membentuk tenaga baru dan memperbaiki kerusakan). Merupakan tahap adaptasi di mana sistem endokrin dan sistem simpatis tetap mengeluarkan hormon-hormon stresstetapi tidak setinggi pada saat reaksi waspada.
3.     Reaksi Kelelahan (exhaustion stage)
Adalah fase penurunan resistensi, meningkatnya aktivitas para simpatis dan kemungkinan deteriorasi fisik. Yaitu apabila stresor tetap berlanjut atau terjadi stresor baru yang dapat memperburuk keadaan. Tahap kelelahanditandai dengan dominasi cabang parasimpatis dari ANS. Sebagai akibatnya, detak jantung dan kecepatan nafas menurun. Apabila sumber stressmenetap, kita dapat menngalami ”penyalit adaptasi(disease of adaptation), penyakit yang rentangnya panjang, mulai dari reaksi alergi sampai penyakit jantung, bahkan sampai kematian.   
4.    Faktor Yang Mempengaruhi Respon Terhadap Stress
Respons terhadap stressor yang diberikan pada individu akan berbeda, hal tersebut tergantung dari faktor stressor dan kemampuan koping yang dimiilki individu. Berikut akan merupakan karakteristik stressor yang dapat mempengaruhi respons tubuh.
a.      Sifat stressor. 
Sifat stressor dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur dan dapat mempengaruhi respons seseorang dalam menghadapi stress, tergantung mekanisme yang dimiliknya.
b.     Durasi stressor
Lamanya stressor yang dialami seseorang dapat mempengaruhi respons tubuh. Apabila stressor yang dialami lebih lama, maka respons juga akan lebih lama, tentunya dapat mempengaruhi fungsi tubuh.
c.      Jumlah stressor
Semakin banyak stressor yang dialami seseorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh.
d.     Pengalaman masa lalu. 
Pengalaman masa lalu seseorang dalam menghadapi stress dapat menjadi bekal dalam  menghadapi stress berikutnya karena individu memilki kemampuan beradaptasi/mekanisme koping yang lebih baik.
e.      Tipe kepribadian. 
Tipe kepribadian seseorang diyakini juga dapat mempengaruhi respons terhadap stressor. Menurut Friedman dan Rosenman, 1974, terdapat dua tipe kepribadian, yaitu Tipe A dan Tipe B. Orang dengan tipe kepribadian A lebih rentan terkena stress apabila dibandingkan dengan orang yang memiliki tipe kepribadian B.

TIPE A
TIPE B
a.      Ambisius.
b.     Agresif.
c.      Kompetitif.
d.     kurang sabar.
e.      mudah tegang.
f.       mudah  tersinggung.
g.      mudah marah.
h.     memiliki kewaspadaan yang berlebihan.
i.        berbicara dengan cepat.
j.        bekerja tidak kenal waktu.
k.     pandai berorganisasi dan memimpin atau memerintah.
l.        lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan.
m.  kaku terhadap waktu.
n.     tidak mudah dipengaruhi.
o.     sulit untuk santai.

a.      lebih santai,
a.      penyabar,
b.     tenang, tidak mudah marah/tesinggung,
c.      jarang kekurangan waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai,
d.     fleksibel,
e.      mudah bergaul, dll.
Ciri-ciri tipe kepribadian menurut Friedman dan Rosenman, 1974.
f.        Tahap perkembangan. 
Tahap perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi yang semakin baik terhadap stressor. Stressor yang dialami individu berbeda pada setiap tahap perkembangan usia sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini.

Tahap Perkembangan
Jenis Stressor
Anak
1.    Konflik kemandirian dan tergantung pada orang tua
2.    Mulai besekolah
3.    Hubungan dengan teman sebaya
4.    Kempetisi dengan teman
Remaja

1.    Perubahan tubuh
2.    Hubungan dengan teman
3.    Seksualitas
4.    Kemandirian
Dewasa muda

1.    Menikah
2.    Meninggalkan rumah
3.    Mulai bekerja
4.    Melanjutkan pendidikan
5.    Membesarkan anak
Dewasa tengah

1.    Menerima proses penuaan
2.    Status social
Dewasa tua

1.    Usia lanjut
2.    Perubahan tempat tinggal
3.    Penyesuaian diri pada masa pension
4.    Proses kematian
  
Empat variabel psikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme respons stres:
1.     Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stresor yang mengurangi intensitas respon stress
2.     Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons stressyang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat diprediksi.
3.     Persepsi: pendangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respon stres.
4.     Respons koping: ketersediaan dan efektifitas mekanisme mengikat ansietas, dapat menambah atau mengurangi respon stres. 

5.    Proses Koping dan Adaptasi
Koping adalah sebuah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010).
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan  masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999). Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.
Berdasarkan kedua definisi di atas, maka yang dimaksud mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku
Individu dapat mengatasi stressdengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. Ada lima sumber koping yaitu: aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan individu, teknik-teknik pertahanan, dukungan sosial dan dorongan motivasi (Hidayat, 2008).
A.    Fase Waktu Stress dan Strategi Koping
1.      Periode Antestres
Periode stress sebelum benar-benar melawan stressor, antisipasi kadang mungkin terjadi, terdapat kesadaran terhadap bahaya yang mengancan atau ancaman situasi yang dirasakan.
2.      Periode StressAktual
Strategi koping selama periode stress biasanya berbeda intensitas dan jenisnya dari strategi yang digunakan sebelum awitan stressor dan stress. Mungkin terdapat stratergi defensive dan bertahan yang sangat dasar digunakan selama periode ini jika stress sangat berat.
3.      Periode Pascastres
Strategi koping yang ditetapkan setelah periode stress akut, disebut fase pascatruama yang terdiri dari satrategi untuk mengembalikan diri ke keadaan homeostasis yang seimbang.
B.    Pengertian Adaptasi
Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam berespons terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif. Istilah lain adaptasi adalah penyesuaian diri.
W.A Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”. Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastik). Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri, sifatnya adalah aktif (alloplastik). Sedangkan menurut Soeharto Heerdjan (1987), “ Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.
C.     Tujuan Adaptasi
a.      Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.
b.     Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik
c.      Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif
d.     Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional

D.    Macam-Macam Adaptasi
1.    Adaptasi fisiologis
Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stressor untuk mempertahankan fungsi kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternal dan internal, respons dapat dari sebagian tubuh atau seluruh tubuh serta setiap tahap perkembangan punya stressor tertentu. Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu suatu proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal seperti penurunan suhu tubuh dan membuat suatu respons adaptif seperti mulai mengigil untuk membangkitkan panas tubuh.
Ketiga mekanisme utama yang digunakan dalam menghadapi stressor dikontrol oleh medula oblongata, formasi retikuler dan hipofisis. Riset klasik yang telah dilakukan oleh Hans Selye (1946,1976) telah mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stress, yaitu:
a)     LAS ( Local Adaptation Syndrome)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stres, responnya berjangka pendek
Karakteristik dari LAS:
1.    Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem.
2.    Respons bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
3.    Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
4.    Respons bersifat restorative.
b)     GAS (General Adaptasion Syndrom)
Merupakan respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respons yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
GAS diuraikan dalam  tiga tahapan berikut:
1.    Fase alarm
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan atau menghindar. Respons ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stressor menetap maka individu akan masuk kedalam fase resistensi.
2.    Fase resistance (melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi, gejala stress menurun atau normal. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS yaitu: Fase kehabisan tenaga.
3.    Fase exhaustion (kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stress. Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.
2.    Adaptasi psikologis
Seseorang yang menghadapi stress akan mengalami kondisi-kondisi yang tidak mengenakkan secara psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi, terancam, tak tentram yang semuanya itu berdampak pada munculnya suatu kontak konflik dalam jiwa mereka. dan konflik tersebut diekspresikan dalam bentuk kemarahan atau ekspresi-ekspresi lain yang dapat membuat orang tersebut merasa sedikit nyaman atau terlepas dari stress yang dihadapinya.
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi stressor, diarahkan pada penatalaksanaan stress dan didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan pengidentifikasian perilaku yang dapat diterima dan berhasil.
Perilaku adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pmecahan masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi.
Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan teknik pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman atau dapat juga mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distress emosional dan dengan demikian memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stress.
3.    Adaptasi perkembangan
Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuj ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah. Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992)
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai menyadari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan, dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi diantara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukan oleh ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.
Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapiremaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukan peningkatan masalah psikososial (Dubos,1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stressor mencakup konflik antara harapan dan realitas.
Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka.
Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis.
4.    Adaptasi sosial budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian tentang besaranya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stressor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).
5.    Adaptasi spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman.
6.    Jenis – Jenis Mekanisme Pertahanan Diri
Mekanisme pertahanan diri antara lain:
A.    Task oriented behavior
Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi stress, memecahkan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 1991). Tiga tipe umum perilaku yang berorientasi tugas adalah:
1)    Perilaku menyerang
Adalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stressor.
2)    Perilaku menarik diri
Adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari stressor.
3)    Perilaku kompromi
Adalah mengubah metode yang biasa digunakan, mengganti tujuan atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk memenuhi lain atau untuk menghindari stress.
B.    Ego Dependen Mekanism
Perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan (Sigmund Frued). Mekanisme ini sering kali diaktifkan oleh stressor jangka pendek dan biasanya tidak mengakibatkan gangguan psikiatrik. Ada banyak mekanisme pertahanan ego, yaitu:
1.     Represi (Repression)
Mekanisme dimana seseorang yang memiliki keinginan-keinginan, impuls-impuls pikiran, kehendak-kehendak yang tidak sesuai dan mengganggu kebutuhan/motivasinya, disingkirkan dari alam sadar dan ditekan ke dalam alam bawah sadar.
Secara tidak sadar seseorang menekan pikiran-pikiran yang tidak sesuai atau menyedihkan keluar dari alam sadar ke alam tak sadar.  Repression yang terus menerus akan menjadi tumpukan kekecewaan sehingga menjadi “kompleks terdesak”
Contoh : seorang pemuda melihat kematian temannya waktu kecelakaan, kemudian “lupa” tentang kejadian tersebut. (lupa ini disebut amnesia yang psikogenik, bila lupa karena gegar otak maka disebut amnesia organik).
2.     Kompensasi (Compensation)
Mekanisme dimana seseorang mengabdikan dirinya kepada mengejar suatu tujuan, dengan usaha yang lebih giat ke dalam usahanya itu untuk mengatasi rasa kekurangan yang sebenarnya atau yang hanya dirasakan saja.
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang baik atau karena frustrasi dalam suatu bidang, lalu dicari kepuasan secara berlebihan dalam bidang yang lain (kompensasi berlebihan). Kompensasi dilakukan terhadap perasaan kurang mampu (inferior).
Contoh : anak yang tidak pandai di sekolah, menjadi anak jagoan atau ditakuti oleh teman-temannya.
3.     Konversi (Conversion)
Mekanisme dimana konflik emosional memperoleh ekspresi luar melalui manifestasi motorik, sensoris, somatik.
Contoh : saat stress menjadi mudah marah, teriak-teriak, atau berolahraga.
4.     Penyangkalan (Denial)
Proses mekanisme dimana seseorang menghindarkan kenyataan yang menimbulkan sakit dan rasa cemas, dengan secara tidak sadar menyangkal adanya kenyataan, yang disangkal itu mungkin berupa suatu pikiran, keinginan, atau suatu keadaan dan benda. Menyangkal realitas yang menimbulkan rasa takut, sakit, malu, atau cemas.
Contoh : seorang ibu tidak mau menerima bahwa anaknya terbelakang mental sehingga anak tersebut dititipkan pada saudaranya yang jauh.
5.     Memindahkan (Displacement)
Proses mekanisme dimana emosi2 yang tertahan diberikan tujuan yang lain ke arah ideide, objek-objek, atau orang lain daripada ke sumber primer emosi. Luapan emosi terhadap seseorang atau objek dialihkan kepada seseorang atau objek yang lain.
Contoh : seorang anak yang dimarahi ibunya kemudian dia memukul adiknya atau menendang kucingnya.
6.     Disosiasi (Dissociation)
Beban emosi dalam suaatu keadaan yang menyakitkan diputus atau diubah. Mekanisme dimana suatu kumpulan proses-proses mental dipisahkan atau diasingkan dari kesadaran dengan bekerja secara merdeka atau otomatis, afek dan emosi terpisah, dan terlepas dari ide, situasi, objek, misalnya pada selektif amnesia.
Contoh : rasa sedih karena kematian seorang kekasih dikurangi dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi”.
7.     Fantasi (Fantasy) atau Khayalan (Image)
Suatu proses melamun (menerawang) atau tindakan berkhayal untuk memberikan pelarian dari kenyataan, dengan kepuasan diperoleh dan pencapaianpencapaian kenikmatan yang bersifat khayal atau mati sebagai pahlawan yang tidak berdosa.
Contoh : seorang anak yang kurang pandai lalu berkhayal dirinya menjadi bintang pelajar.
8.     Identifikasi (Identification)
Suatu mekanisme dimana seseorang mempertinggi harga dirinya dengan mempolakan dirinya serupa dengan orang lain (tabiat-tabiatnya meniru orang lain). Menambah rasa harga diri dengan menyamakan harga dirinya seperti seorang atau suatu hal yang dikaguminya. 
Contoh : seorang anak yang bersolek atau berdandan seperti ibunya, atau malah bersolek seperti bintang iklan.
9.     Introyeksi (Introjection)
Proses dimana seseorang mengambil ke dalam struktur egonya sendiri, semua atau sebagian dari kepribadiannya sendiri.
Contoh : seorang anak yang membenci seseorang tapi “memasukkan” ke dirinya sendiri, hingga jika ia kesal ke orang tersebut ia akan memukuli dirinya sendiri.
10.Negativisme (Negativism)
Proses perlawanan yang aktif atau pasif terhadap permintaan-permintaan yang ditujukan kepada seseorang. Negativisme aktif kalau seseorang berbuat kebalikan dari apa yang diminta darinya. Negativisme pasif kalau ia menghindarkan apa yang diharapkan dari padanya.
Contoh: seorang anak yang disekolahkan tidak sesuai dengan minatnya maka ia sering bolos sehingga prestasinya menjadi kurang.
11.Proyeksi (Projection)
Adalah mekanisme dengan apa seseorang melindungi dirinya dari kesadaran akan tabiat-tabiatnya sendiri yang tidak baik, atau perasaan-perasaan dengan menuduhkannya kepada orang lain. Menyalahkan orang lain mengenai kesulitannya sendiri yang tidak baik.
Contoh : seorang murid tidak lulus lalu mengatakan gurunya sentimen kepada dia.
12.Rasionalisme (Rationalization)
Mekanisme dimana seseorang membenarkan tingkah lakunya yang tidak konsekuen dan tidak baik. Termasuk membenarkan kepercayaan, keterangan, alasan-alasan (motivasi) dengan memberikan penjelasan dan keterangan baginya. Berusaha untuk membuktikan bahwa perbuatannya (yang sebenarnya tidak baik) dianggap rasional adanya, dapat dibenarkan, dan dapat diterima.
Contoh: seorang anak menolak bermain bulu tangkis dengan temannya karena “kurang enak badan” atau “besok ada ulangan” (padahal takut kalah).
13.Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Proses dimana seseorang mengambil kedalam struktur egonya sendiri, semua atau sebagian dari suatu objek, yang kemudian dianggap sebagai suatu unsur dari kepribadiannya sendiri. Supaya tidak menuruti keinginannya yang jelek, maka sebagai penghalang diambil sikap atau perilaku yang sebaliknya.
Contoh: seorang mahasiswa yang bersikap hormat secara berlebihan terhadap dosen yang sebenarnya tidak ia suka.
14.Regresi (Regression)
Keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih awal dan kurang matang dalam adaptasi. Bentuknya yang ekstrim adalah tingkah laku infantile (kekanak-kanakan). Keadaan seorang yang kembali ke tingkat perkembangan yang sebelumya dan kurang matang dalam adaptasi.
Contoh : seorang anak yang sudah tidak ngompol, mendadak ngompol lagi karena cemas mau masuk sekolah atau mulai menghisap jempol lagi setelah ia memiliki adik.karena merasa perhatian ibunya terhadap dirinya berkurang.
15.Sublimasi (Sublimation)
Proses dengan apa kehendak-kehendak tidak sadar dan tidak dapat diterima, disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Dorongan atau kehendak2 yang tidak dapat disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial.
Contoh : seseorang tidak suka berkelahi kemudian ia menjadi atlet petinju.
16.Menghapuskan (Undoing)
Mekanisme dimana seseorang secara simbolis melakukan kebalikan sesuatu yang telah dikerjakannya, atau pikiran yang tidak dapat diterima oleh egonya dan masyarakat. Dia secara simbolis menghapus pikiran, perasaan, atau keinginan yang tidak dapat diterima egonya atau masyarakat.
Contoh : seorang suami yang berselingkuh lalu ia memberi bermacam-macam hadiah kepada istrinya.
17.Simpatisme
Berusaha mendapatkan simpati dengan jalan menceritakan berbagai kesukarannya, misalnya penyakit atau kesulitan-kesulitan lainnya. Bila ada yang menyatakan simpati kepadanya maka rasa harga dirinya diperkuat, biarpun ada kegagalan.
Contoh: seorang siswa yang mengeluh bahwa dia tidak mempunyai buku-buku pelajaran karena orang tuanya miskin dan tidak bisa membelikannya, lagi pula ibunya sakit-sakitan.

Orang yang sehat biasa menggunakan berbagai mekanisme pertahanan selama hidupnya. Mekanisme tersebut menjadi patologis bila penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang berperilaku maladaptif sehingga kesehatan fisik dan/atau mental orang itu turut terpengaruhi. Kegunaan mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial, atau untuk menjadi tempat "mengungsi" dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi.
Faktor penyebab perlunya dilakukan mekanisme pertahanan adalah kecemasan. Bila kecemasan sudah membuat seseorang merasa sangat terganggu, maka ego perlu menerapkan mekanisme pertahanan untuk melindungi individu. Rasa bersalah dan malu sering menyertai perasaan cemas. Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan fisik dan mental. Perasaan demikian akan terdorong untuk bertindak defensif terhadap apa yang dianggap membahayakannya. Penggunaan mekanisme pertahanan dilakukan dengan membelokan impuls id ke dalam bentuk yang bisa diterima, atau dengan tanpa disadari menghambat impuls tersebut.
7.    Respon / Indikasi Stress
Indikator stressindividu dapat fisiologis dan psikologis
A.    Indikator Fisiologis
Respon terhadap stressbervariasi bergantungpada persepsi individu terhadap peristiwa. Tanda dan gejala fisiologis stressmuncul akibat aktivitas sistem simpatetik dan sistem neuroendokrin tubuh. Idikator Fisiologis stressadalah :
1.     Pupil dilatasi untuk meningkatkan persepsi visual ketika muncul ancaman serius terhadap tubuh.
2.     Produk keringat (diaforesis) meningkat untuk mengendalikan peningkatan panas tubuh akibat peningkatan metabolisme.
3.     Frekuensi jantung dan curah jantung meningkat untuk transpar nutrien dan produk sisa metabolisme secara efisien.
4.     Kulit pucat karena konstriksi pembuluh darah perifer,yang merupakan pengaruh norepinefrin.
5.     Retensi natrium dan air meningkat akibat pelepasan mineral okortikoid yang mengakibatkan peningkatan volume darah.
6.     Kecepatan dan kedalaman respirasi meningkat karena karena dilatasi bronkiolus yang meningkatkan hiperventilasi.
7.     Haluaran urine menurun.
8.     Mulut kering.
9.     Peristaltik usus menurun, mengakibatkan kemungkinan konstipasi dan flatus.
10.            Untuk ancaman serius kewaspadaan mental membaik.
11.            Ketegangan otot meningkat untuk mempersiapkan pertahanan atau aktivitas motorik yang cepat.
12.            Gula darah meningkat karena pelepasan glukortikoid dan glukoneogenesis.

B.    Indikator Psikologis
Manifestasi psikologis stressmencakup ansietas,takut, marah, depresi,dan mekanisme pertahanan ego yang tidak disadari. Beberapa koping tersebut dapat membantu, yang lain menjadi penghalang, bergantung pada situasi dan lama waktu mekanisme tersebut digunakan atau dialami.
1.     Ansietas
Reaksi umum terhadap stressadalah ansietas, suatu kondisi kegelisahan mental, keprihatinan, ketakutan atau firasat putus asa karena ancaman yang akan terjadi. Ansietas dapat dialami pada tingakat sadar, setengah sadar, atau tidak sadar.
Empat hal yang membedakan ansietas dengan takut adalah :
·        Sumber ansietas tidak dapat diidentifikasikan, sumber rasa takut dapat diidentifikasikan.
·        Ansietas dikaitkan dengan masa depan, yaitu untuk kejadian yang diantisipasi. Rasa takut dikaitkan dengan kondisi saat ini.
·        Ansietas bersifat tidak jelas, sementara rasa takut bersifat pasti.
·        Ansietas merupakan akibat konflik psikologis atau emosi ,rasa takut merupakan akibat identitas fisik atau psikologis yang mempunyai ciri tersendiri.

Ansietas dapat dimanifestasikan pada empat tingkat :
a.      Ansietas Ringan menciptakan kondisi sedikit bergairah yang meningkatkan kemampuan persepsi, pembelajaran, dan produktif.
b.     Ansietas Sedang meningkatkan status gairah ke satu titik ketika seseorang mengekspresikan perasaan tegang, cemas, atau khawatir.
c.      Ansietas berat menghabiskan sebagian besar energi individu dan membutuhkan intervensi.
d.     Panik adalah tingkat kecemasan yang memakutkan dan sangat membebani sehingga membuat individu kehilangan kendali.

2.     Depresi
Depresi adalah reaksi umum terhadap kejadian yang tampak kacau ataunegatif. Tanda dan gejala depresi dan tingakat keparahanmasalah bebeda pada setiap klien dan bergantung pada makna kejadian pemicu.
                        Tanda fisik depresi mencakup :
a.      Kehilangan nafsu makan
b.     Penurunan berat badan
c.      Konstipasi
d.     Sakit kepala
e.      Limbung

3.     Takut
Takut adalah emosi atau rasa khawatir yang dibangkitkan oleh persepsi bahaya, nyeri, atau ancaman lain yang akan terjadi atau tampak. Objek rasa takut mungkin berdasarkan pada realitas, mungkin juga tidak.

4.     Marah
Marah adalah status emosi yang terdiri dari perasaan subjektif rasa bermusuhan atau ketidaksenangan yang kuat. Individu dapat merasa bersalah ketika  mereka marah karena diajarkan bahwa merasa marah itu salah.

Ekspresi marah verbal dapat dipertimbangkan sebagai tanda terhadap seseorang atas ketidaknyamanan psikologis internal individu dan sebagai permintaan bantuan untuk menghadapi persepsi stres. Orang yang marah meluapkan kemarahannya  dan mencegah akumulasi emosi.

5.     Mekanisme Pertahanan Ego yang Takdisadari
Mekanisme pertahanan ego yang tak disadari adalah mekanisme adaptif psikologik, atau dalam pernyataan Sigmund freud (1946), mekanisme mental yang berkembang saat personalitas berupaya mempertahankan diri, menciptakan gangguan terhadap impuls yang bertentangan dan meredakan ketegangan di dalam diri.

Mekanisme pertahanan adalah pikiran yang tidak disadariyang bekerja untuk melindungiindividu dari ansietas.

8.    Teknik Manajemen Stress
Rahasia yang paling sederhana untuk suatu metode manajemen stressyang efektif adalah mengakui apa yang sedang anda rasakan. Ketika anda belajar untuk mengenal dan memahami apa yang anda rasakan, maka anda membuat langkah pertama yang penting untuk mengatasi stres.
Solusi yang tepat dalam menghadapi apa pun penyebab stressyang potensial dalam hidup kita yakni kita harus memiliki kemampuan untuk menyadari, menerima, untuk menghadapi dan memiliki kemampuan untuk mengambil tindakan.
Adapun tehnik penghentian pikiran dan pengalihan pikiran agar tetap teguh, adalah :
1.     Fleksibel : mengumpulkan data sebanyak mungkin dan tidak hanya menggunakan satu sudut pandang saja.
2.     Adaptif : memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengubah diri dan tidak menolak gagasan baru.
3.     Rasional : selalu berusaha mempertahankan perspektif suatu peristiwa,tidak ada yang seharusnya atau semestinya.
4.     Positif : yakin bisa dalam mengatasi masalah
5.     Berorientasi solusi : berpikir bagaimana untuk mengatasi masalah tanpa menimbulkan permusuhan atau mencari kambing hitam.
Relaksasi adalah sebuah cara untuk memperoleh pikiran yangg tenang dan tubuh yang santai. Ada 2 macam relaksasi yakni
1.      Relaksasi aktif  :membutuhkan energi atau usaha yang lebih besar, seperti olah raga.
2.      Relaksasi pasif : memerlukan energi yang sangat sedikt kalaupun adadan dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring.
Manfaat dari relaksasi pasif adalah meningkatkan konsentrasi dan mempertajam pikiran, membuat tidur lebih enak, meningkatkan koordinasi,ketepatan waktu dan keseimbangan, merasa lebih sehat, lebih bahagia, dan lebihbergairah, membantu kita dalam menghadapi sakit dan ketidaknyamanan.
Beberapa tehnik circuit brekerdan koridor stressadalah sebagai berikut :
1.     Pernafasan Dalam : menarik nafas dalam-dalam dan perlahan kemudian menghembuskannya, lakukan ini dua atau tiga kali.
2.     Mandi : santai di dalam bak mandi yang berisi air hangat, minyaki tubuh anda jika perlu.
3.     Tertawa : inilah satu-satunya circuit breker terbaik yang kita miliki. Lihat sisi lucu kehidupan ini, sewa vidio komedi, atau nontonlah film-f ilm komedi.
4.     Pijat : ini adalah cara yang paling menyenangkan untuk keluar dari tekanan fisik.
5.     Membaca : peredam emosi yang luar biasa untuk jangka pendek.
6.     Kecanduan Positif : lakukan sesuatu yang anda sukai secara teratur, seperti pergi ke pantai, berkunjung, melukis.
7.     Istirahat yang teratur : Beristirahatlahsecara teratur pada jam-jam kerja
8.     Ngobrol : luangkan waktu untuk mengekspresikan perasaan kepada orang lain, hal-hal yang tersimpan dalam hati dapat bersifat merusak.
Sumber bantuan yang dapat diandalkan untuk membantu dalam mengatasi stressyaitu :
1.     Memiilih konselor
2.     Memilih psikolog
3.     Kursus, loka karya dan seminar-seminar tentang pengendalian stres
4.     Darurat, jika dalam keadaan genting di tengah malam, maka pelayanan seperti Lifeline merupakan sumber dukungan dan bantuan yang sangat bagus.
5.     Obat-obatan,obat dengan resep dokter untuk stressmungkin hanya akan efektif dalam jangka pendek.
6.     Psikoanalisis jangka panjang, secara umum psikoanalisis jangka panjang hanya menghambur-hamburkan waktu, energi dan uang.



BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan  uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa stress adalah adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain ada dan berasal dari lingkungan, kondisi dirinya, serta pikiran. Penyebab stress dianggap suatu hal yang biasa dimana didalamnya dapat merespon apa yang terjadi pada hubungan stresor, dianggap positif karena adanya interaksi individu  dan lingkungan. Stress dapat mempengaruhi sifat dari stresor seperti lingkungan baik secara fisik, psikososial maupun spiritual serta  dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang.
B.  Saran
1.    Perlunya pemahaman konsep stress dan adaptasi untuk bisa menerapkan manajemen stress.
2.    Perawat perlu memahami konsep stress dan adaptasi secara mendalam sehingga akan bermanfaat bagi dirinya maupun pasien.
3.    Manajemen stressor akan membuat kita mampu mengurangi dampak stressor.








Daftar Pustaka




Inside, Bayu.2010.stressdan adaptasi.dalam http://bayu-inside.blogspot.com/2011/10/stressdan adaptasi.html diakses 10 september 2016
Kozier.Erb.Berman.Snyder.Buku Ajar Fundamental keperawatan edisi 7 volume 2. 2011
Potter Perry. 1997.Fundamentals Of Nursing : Concepts, Process and Practice, Fourth Edition, Mosby Year Book.
Wolf, Weitzel, Fuerst.1984.Dasar-dasar Ilmu Keperawatan. buku kedua. Jakarta: Gunung Agung,.



EmoticonEmoticon