RESUME JURNAL

RESUME JURNAL


PENYAKIT JANTUNG KORONER [PJK] DENGAN OBESITAS 
DI KELURAHAN KEBON KALAPA, BOGOR
Rustika[1] dan Ratih Oemiati[2]
2014

Latar Belakang
Masalah obesitas telah menjadi pandemik global di seluruh dunia dan dinyatakan oleh WHO sebagai masalah kesehatan kronis terbesar pada orang dewasa. Prevalensi Obesitas meningkat pada orang dewasa dan anak (WHO, 2002). Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas nasional berdasarkan IMT pada kelompok umur = 15 tahun sebesar 10, 3% dengan rincian pada laki-laki sebesar 13,9% dan perempuan sebesar 23,8%. Sedangkan prevalensi obesitas sentral pada penduduk umur = 15 tahun sebesar 18,8% (Badan Litbangkes, 2007). Prevalensi ini meningkat pada Riskesdas 2010 obesitas untuk kelompok umur > 18 tahun sebesar 11,7% dengan rincian pada laki-laki sebesar 16,3% dan perempuan sebesar  26,9% (Badan Litbangkes, 2010). Sementara itu Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi obesitas nasional berdasarkan IMT pada kelompok umur  = 18 tahun sebesar 13,2% dengan rincian pada lakilaki sebesar 19,7% dan perempuan sebesar 32,9% (Badan Litbangkes, 2013).
Risiko PJK pada penderita hipertensi akan meningkat apabila hipertensi disertai satu atau lebih faktor risiko PJK lain (Santoso, 1991). Faktor risiko PTM utama, satu sama lain diketahui saling berkaitan dalam menyebabkan penyakit jantung, diabetes melitus, kanker, PPOK dan strok (Bonita, 2001). Dalam hal PJK faktor risiko tersebut antara lain faktor risiko yang tak dapat/sulit diubah (umur, jenis kelamin dan faktor genetik), faktor risiko perilaku yang dapat diubah (diet yang salah, merokok, konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik), dan faktor risikobiologis/fisik yang dikenal dengan sindrom metabolik (hiperkolesterolemia,  hiperglikemia, hipertensi, dan obesitas).
Individu dengan obesitas memiliki peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan gangguan metabolik seperti penyakit jantung koroner, aterosklerosis, hipertensi, dislipidemia, diabetes dan gagal jantung (Wilson PW, 2002). Obesitas diklasifikasikan oleh American heart association (AHA) sebagai faktor risiko modifikasi mayor untuk penyakit jantung koroner pada tahun 1988 (Krauss RM, 2012). Hasil review penelitian WHO membuktikan bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas dan faktor risiko penyakit kardiovaskular seperti diabetes mellitus tipe II, dislipidemia, hipertensi dan penyakit jantung koroner (WHO, 2000)
Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor determinan obesitas pada PJK yaitu faktor sosiodemografi, faktor risiko perilaku, dan hasil pemeriksaan darah dikaitkan dengan obesitas pada PJK. Analisis akhir secara khusus menghasilkan model prediksi obesitas pada PJK dengan analisis regresi logistik.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian prospektif  dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional)  yang merupakan analisis lanjut dari sub set data kohort Penyakit Tidak Menular (PTM) yang dilakukan oleh Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di kelurahan Kebon Kalapa, Kecamatan Bogor Tengah, kota Bogor.
Populasi adalah seluruh responden penelitian kohor Penyakit Tidak menular di Kebon Kalapa, Kota Bogor yaitu sebanyak 2361. Sampel diambil dari sumber data skrining responden tahun 2011 dan telah dilakukan pemantauan selama dua tahun dan pemeriksaan evaluasi tahun 2013 data yang lengkap bisa dianalisis menjadi N = 1557. Responden tersebut dipilih yang menderita PJK berdasarkan pemeriksaan EKG (tahun 2013) dan mengalami obesitas (IMT > 25 cm atau LP > 80 cm pada perempuan dan 90 cm pada laki-laki) sehingga hasilnya menjadi 1079 responden sebagai sampel penelitian.
HASIL

Karakteristik responden berdasarkan hasil analisis cross tabulasi antara sosio demografi dan PJK dengan obesitas menggunakan uji Chi square memperlihatkan:
1.       Berdasarkan kelompok umur makin tua umur responden maka makin tinggi prevalensi PJK dengan obesitas.
2.       Prevalensi PJK dengan obesitas lebih tinggi pada perempuan (65,7%) dibandingkan laki-laki (38%).
3.       Berdasarkan kategori merokok
a.       Kelompok bukan perokok sebesar 64,5% obesitas dan PJK
b.      Perokok berat hampir 50% dan uji statistiknya tidak bermakna (p = 0,030).
4.       Aktivitas fisik terbanyak kategori kurang sebesar 56,9% namun hasil uji statistik tidak bermakna  (p = 0,73).
5.       Berdasarkan gangguan emosional ternyata prevalensi PJK dengan obesitas sangat tinggi (63,6%).
6.       kasus hipertensi pada penderita PJK dengan obesitas yaitu sebesar 71.2%.
7.       Pada kolesterol baik yang total, dan LDL prevalensi tertinggi pada kelompok berisiko.
8.      Hipertensi memberikan risiko 1,82 kali.
9.      LDL akan memberikan risiko 1,66 kali.
10.  HDL akan memberikan risiko 1,66 kali .
11.  Trigliserida tinggi akan memberikan risiko 1,5 .
Dapat disimpulkan bahwa variasi kejadian PJK dan obesitas dipengaruhi oleh jenis kelamin, hipertensi, gula darah 2 jam PP, LDL, HDL dan Trigliserida.
kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kelompok masyarakat yang berumur tua, berjenis kelamin perempuan, status perkawinan cerai, pekerjaan ibu rumah tangga, berpendidikan tinggi dan sosial ekonomi tinggi akan mempunyai risiko PJK.
Faktor risiko perilaku pada PJK dengan obesitas adalah responden yang memiliki gangguan emosional yang tinggi, hipertensi, kadar gula darah puasa tinggi, dua jam paska pembebanan glukosa tinggi, kolesterol total tinggi, HDL rendah dan LDL tinggi mempunyai risiko untuk mendapatkan PJK dengan obesitas. Hasil  analisis mutivariate menunjukkan bahwa hanya hipertensi, LDL, HDL, Trigliserida yang memberikan risiko PJK dengan obesitas dan probabilitasnya sebesar  64,84 persen, artinya responden yang memiliki riwayat hipertensi, LDL tinggi dan HDL rendah serta trigliserida tinggi akan mendapatkan kemungkinan sebesar 64,84 persen untuk mendapatkan PJK dengan obesitas.



[1] Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara 23A Jakarta
[2] Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara 29 JakartaAlamat Korenpondensi: rustikaherman@yahoo.co.id; rustika@litbang.depkes.go.id
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17 No. 4 Oktober 2014: 385–393

PENANGANAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DAPAT DILAKUKAN TANPA OPERASI***

Gambar Diakses dari: www.jantungkoroner.org

Gangguan fungsi ginjal merupakan salah satu permasalahan utama kesehatan masyarakat Indonesia. Saat ini diperkirakan 25 Juta penduduk Indonesia mengalami gangguan fungsi ginjal karena hipertensi dan diabetes. Pertumbuhan kasus ginjal kronik stadium akhir di Indonesia mencapai 2000 kasus baru/tahun.
Dari 70,000 kasus ginjal tahap akhir di Indonesia, 10% diantaranya menjalani hemodialisa. Sampai tahun 2010 baru sekira 600 kasus yang menjalani transplantasi ginjal. Diperkirakan masih jauh lebih banyak lagi masyarakat yang memerlukan tindakan transplantasi ginjal maupun dialisis di Indonesia pada saat ini.
Sejak Juni 2013 lalu, sebanyak 14 rumah sakit telah menyatakan komitmen serta kesiapannya untuk melakukan transplantasi ginjal secara komprehensif. “Namun, upaya penanganan kasus ginjal kronik melalui transplantasi ginjal selama ini masih banyak hambatan, juga pada perkembangannya masih sangat terbatas di Indonesia. Keterbatasan ini disebabkan dua hal yaitu regulasi dan pembiayaan,” ungkap Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan, dr. Chairul Radjab Nasution, Sp.PD, K-GEH, FINASIM, FACP, M.Kes dalam acara Workshop “Membangun Komitmen RS Pusat Transplantasi Ginjal” Kamis, (11/12) di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Cilandak Jakarta.
Pada kesempatan ini, dr. Chairul juga menyampaikan bahwa dari sisi regulasi, lambannya pengembangan transplantasi ginjal di Indonesia disebabkan aturan operasional terkait cangkok ginjal masih perlu dikembangkan kembali. Pasal 64 UU Kesehatan no 36/2009 mengatur bahwa larangan jual beli organ dengan dalih apapun. “Hal ini berpengaruh pada keterbatasan donor yang didapat. Donor organ ginjal di Indonesia hingga saat ini masih sangat terbatas yakni sekira 15 donor/tahun dan itupun harus donor hidup. Oleh karenanya kesiapan seluruh peraturan dan kebijakan yang mendukungnya menjadi sangat penting untuk segera dipenuhi,” tambahnya dihadapan peserta yang terdiri dari direktur dan tenaga medis dari 14 rumah sakit pembuat komitmen RS Pusat Transplantasi Ginjal. Begitu pula dari sisi pembiayaan, tingginya biaya transplantasi ginjal di Indonesia seringkali dianggap penyebab enggannya masyarakat untuk melakukan transplantasi ginjal. Padahal mayoritas pasien kasus ginjal kronis selama ini telah ditanggung pemerintah. Dengan sistem JKN, pemerintah telah menjamin biaya hemodialisa maupun transplantasi ginjal sesuai dengan Permenkes 59 tahun 2014. “Tarif INA CBGs untuk prosedur transplantasi ginjal adalah sebesar 250 juta rupiah. Sedangkan untuk hemodialisa termasuk kategori rawat jalan dengan tarif INA CBGs berbeda- beda di setiap regional sesuai kelas RS. Tarif INA CBGs berkisar antara 2.209.976 pada prosedur dialisis RS Rujukan Nasional hingga 812.107 pada RS kelas D regional I,” lengkapnya.
Dibalik berbagai macam tantangan dalam meningkatkan kualitas penanganan ginjal kronik di Indonesia, diharapkan rumah sakit memiliki komitmen tinggi dalam penanganan Ginjal Kronik. Rumah sakit yang menjadi pionir terdepan dalam menjalankan transplantasi ginjal secara komprehensif di Indonesia. “Oleh karena itu besar harapan saya, 14 Rumah Sakit yang telah berkomitmen terus mengedepankan penanganan penyakit ginjal kronis melalui Transplantasi sebagai prioritas pengembangan rumah sakit,” tutupnya. ***

**Berita ini disiarkan oleh Bagian Hukormas, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon : 021-5277734 atau alamat e-mail :humas.buk@gmail.com.
***sumber:http://www.pjnhk.go.id --(Pusat Jantung Nasional Harapan Kita)

OLAH RAGA DAN PENYAKIT JANTUNG KORONER

“BOLEHKAN PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER BEROLAH RAGA?”

Perkembangan jaman di era globalisasi rupanya turut pula membawa perubahan pada gaya hidup seseorang. Dari literatur di negara-negara maju pada khususnya, terdapat perubahan yang signifikan dari gaya hidup yang aktif menuju ke gaya hidup yang pasif, atau lebih dikenal dengan sebutan sedentary life style. Sayangnya, perubahan gaya hidup ini juga diikuti dengan peningkatan angka kejadian penyakit-penyakit degeneratif, terutama penyakit jantung koroner (penyakit jantung yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah jantung). Oleh karena itu, seyogyanya masyarakat mulai menyadari dampak dari perubahan gaya hidup ini untuk kesehatan mereka, khususnya di Indonesia yang sudah mulai terbawa arus perubahan gaya hidup tersebut.
GEJALA ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA ANAK DAN PENANGANANNYA

GEJALA ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA ANAK DAN PENANGANANNYA

Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia akibat kekurangan zat besi untuk sintesis hemoglobin, dan merupakan defisiensi nutrisi yang paling banyak pada anak dan menyebabkan masalah kesehatan yang paling besar di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Dari hasil SKRT 1992 diperoleh prevalens ADB pada anak balita di Indonesia adalah 55,5%. Komplikasi ADB akibat jumlah total besi tubuh yang rendah dan gangguan pembentukan hemoglobin (Hb) dihubungkan dengan fungsi kognitif, perubahan tingkah laku, tumbuh kembang yang terlambat, dan gangguan fungsi imun pada anak.

Prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi, awal masa anak, anak sekolah, dan masa remaja karena adanya percepatan tumbuh pada masa tersebut disertai asupan besi yang rendah, penggunaan susu sapi dengan kadar besi yang kurang sehingga dapat menyebabkan exudative enteropathy dan kehilangan darah akibat menstruasi.

Manifestasi Klinis
  • Pucat yang berlangsung lama tanpa manifestasi perdarahan
  • Mudah lelah, lemas, mudah marah, tidak ada nafsu makan, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, serta gangguan perilaku dan prestasi belajar
  • Gemar memakan makanan yang tidak biasa (pica) seperti es batu, kertas, tanah, rambut
  • Memakan bahan makanan yang kurang mengandung zat besi, bahan makanan yang menghambat penyerapan zat besi seperti kalsium dan fitat (beras, gandum), serta konsumsi susu sebagai sumber energi utama sejak bayi sampai usia 2 tahun (milkaholics)
  • Infeksi malaria, infestasi parasit seperti ankylostoma dan schistosoma.
  • Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan oleh keluarga.
  • Bila kadar Hb <5 g/dL ditemukan gejala iritabel dan anoreksia
  • Pucat ditemukan bila kadar Hb 14.5% pada defisiensi besi, bila RDW normal (<13%) pada talasemia trait.
  • Ratio MCV/RBC (Mentzer index) » 13 dan bila RDW index (MCV/RBC xRDW)
    220, merupakan tanda anemia defisiensi besi, sedangkan jika kurang dari 220 merupakan tanda talasemia trait.
  • Apusan darah tepi: mikrositik, hipokromik, anisositosis, dan poikilositosis.
  • Kadar besi serum yang rendah, TIBC, serum ferritin <12 ng/mL dipertimbangkan sebagai diagnostik defisiensi besi
  • Nilai retikulosit: normal atau menurun, menunjukkan produksi sel darah merah yang tidak adekuat
  • Serum transferrin receptor (STfR): sensitif untuk menentukan defisiensi besi, mempunyai nilai tinggi untuk membedakan anemia defisiensi besi dan anemia akibat penyakit kronik
  • Kadar zinc protoporphyrin (ZPP) akan meningkat
  • Terapi besi (therapeutic trial): respons pemberian preparat besi dengan dosis 3 mg/kgBB/hari, ditandai dengan kenaikan jumlah retikulosit antara 5–10 hari diikuti kenaikan kadar hemoglobin 1 g/dL atau hematokrit 3% setelah 1 bulan menyokong diagnosis anemia defisiensi besi. Kira-kira 6 bulan setelah terapi, hemoglobin dan hematokrit dinilai kembali untuk menilai keberhasilan terapi.
Pemeriksaan penunjang tersebut dilakukan sesuai dengan fasilitas yang ada.
Kriteria diagnosis ADB menurut WHO: 
  • Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
  • Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata 31% (N: 32-35%)
  • Kadar Fe serum <50 ยตg/dL (N: 80-180 ยตg/dL)
  • Saturasi transferin <15% (N: 20-50%)
Kriteria ini harus dipenuhi, paling sedikit kriteria nomor 1, 3, dan 4. Tes yang paling efisien untuk mengukur cadangan besi tubuh yaitu ferritin serum.
Bila sarana terbatas, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:
  • Anemia tanpa perdarahan
  • Tanpa organomegali
  • Gambaran darah tepi: mikrositik, hipokromik, anisositosis, sel target
  • Respons terhadap pemberian terapi besi
Penanganan
Mengetahui faktor penyebab: riwayat nutrisi dan kelahiran, adanya perdarahan yang abnormal, pasca pembedahan.
  • Preparat besi. Preparat yang tersedia ferous sulfat, ferous glukonat, ferous fumarat, dan ferous suksinat. Dosis besi elemental 4-6 mg/kgBB/hari. Respons terapi dengan menilai kenaikan kadar Hb/Ht setelah satu bulan, yaitu kenaikan kadar Hb sebesar 2 g/dL atau lebih. Bila respons ditemukan, terapi dilanjutkan sampai 2-3 bulan.
  • Komposisi besi elemental:
    Ferous fumarat: 33% merupakan besi elemental
    Ferous glukonas: 11,6% merupakan besi elemental
    Ferous sulfat: 20% merupakan besi elemental
  • Transfusi darah. Jarang diperlukan, hanya diberi pada keadaan anemia yang sangat berat dengan kadar Hb <4g/dL. Komponen darah yang diberi PRC.
Pencegahan
Pencegahan primer
  • Mempertahankan ASI eksklusif hingga 6 bulan
  • Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun
  • Menggunakan sereal/makanan tambahan yang difortifikasi tepat pada waktunya, yaitu sejak usia 6 bulan sampai 1 tahun
  • Pemberian vitamin C seperti jeruk, apel pada waktu makan dan minum preparat besi untuk meningkatkan absorbsi besi, serta menghindari bahan yang menghambat absorbsi besi seperti teh, fosfat, dan fitat pada makanan.
  • Menghindari minum susu yang berlebihan dan meningkatkan makanan yang mengandung kadar besi yang berasal dari hewani
  • Pendidikan kebersihan lingkungan
Pencegahan sekunder
  • Skrining ADB
  • Skrining ADB dilakukan dengan pemeriksaan Hb atau Ht, waktunya disesuaikan dengan berat badan lahir dan usia bayi. Waktu yang tepat masih kontroversial. American Academy of Pediatrics (AAP) menganjurkan antara usia 9–12 bulan, 6 bulan kemudian, dan usia 24 bulan. Pada daerah dengan risiko tinggi dilakukan tiap tahun sejak usia 1 tahun sampai 5 tahun.
  • Skrining dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan MCV, RDW, feritin serum, dan trial terapi besi. Skrining dilakukan sampai usia remaja.
  • Nilai MCV yang rendah dengan RDW yang lebar merupakan salah satu alat skrining ADB
  • Skrining yang paling sensitif, mudah dan dianjurkan yaitu zinc erythrocyte
    protoporphyrin (ZEP).
  • Bila bayi dan anak diberi susu sapi sebagai menu utama dan berlebihan sebaiknya dipikirkan melakukan skrining untuk deteksi ADB dan segera memberi terapi.
  • Suplementasi besi. Merupakan cara paling tepat untuk mencegah terjadinya ADB di daerah dengan prevalens tinggi. Dosis besi elemental yang dianjurkan:
  • Bayi berat lahir normal dimulai sejak usia 6 bulan dianjurkan 1 mg/kg BB/hari
    – Bayi 1,5-2,0 kg: 2 mg/kgBB/hari, diberikan sejak usia 2 minggu
    – Bayi 1,0-1,5 kg: 3 mg/kgBB/hari, diberikan sejak usia 2 minggu
    – Bayi <1 kg: 4 mg/kgBB/hari, diberikan sejak usia 2 minggu
    – Bahan makanan yang sudah difortifikasi seperti susu formula untuk bayi dan makanan pendamping ASI seperti sereal.
Sumber: www.jurnalpediatri.com

Kenali Tanda & Gejala Serangan Jantung

Serangan jantung adalah istilah yang umum digunakan masyarakat untuk secara luas menggambarkan sekumpulan gejala yang timbul akibat gangguan aliran darah pada pembuluh darah atau arteri koroner di jantung. Secara medis kami menyebutnya Sindroma Koroner Akut atau SKA. Sindroma Koroner Akut timbul akibat dua proses, yang pertama adalah penyempitan pembuluh darah yang timbul akibat proses menahun dan yang kedua sumbatan akibat terbentuknya gumpalan darah yang timbul secara akut / mendadak.

Gumpalan darah yang timbul timbul mendadak ini bisa total atau parsial, dan dapat pula datang dan pergi - gumpalan darah bisa terbentuk, hancur dan timbul kembali. Keadaan yang dinamis ini mengakibatkan gejala yang mungkin timbul saat seseorang terkena SKA dapat bervariasi. Terlepas dari itu semua semua gejala yang mungkin timbul akibat SKA harus dianggap sebagai suatu suatu kegawat daruratan medis yang membutuhkan penanganan segera karena arteri koroner yang bermasalah berpotensi mengakibatkan terganggunya aliran darah secara berkepanjangan sehingga mengakibatkan kerusakan otot jantung bahkan kematian. Sehingga menjadi penting bagi masyarakat untuk mengenali tanda dan gejala jantung secara dini dan mencari pertolongan medis sesegera mungkin.

Bagaimana Gejalanya?

Gejala nyeri dada yang umumnya timbul dapat dengan cepat memberikan tanda bahwa ada sesuatu yang salah dengan jantung anda. Gejala lainnya yang timbul dapat mengaburkan gejala nyeri dada tersebut dan membuat anda tidak yakin dimana permasalahan sesungguhnya. Berikut adaah gejala SKA yang umum ditemukan :
  • Nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada, dapat seperti ditekan, diremas, atau rasa penuh di dada.
  • Rasa nyeri atau tidak nyaman di salah satu atau kedua lengan, rahang, punggung, atau bahkan perut.
  • Nafas yang menjadi pendek.
  • Keringat yang banyak.
  • Mual atau bahkan muntah.
  • Rasa pusing, ringan kepala, atau bahkan pingsan.
Gejala yang dialami oleh mereka yang mengalami serangan jantung dapat bervariasi. Disatu sisi spektrum SKA seseorang dapat mengalami nyeri dada teramat hebat seakan dunia akan berakhir dan dengan secara menyadari bahwa dirinya mengalami serangan jantung. Sementara disisi yang lain - umumnya pada mereka yang memiliki penyakit kencing manis / diabetes dan berusia lanjut - gejalanya bisa jadi tidak terlalu mengganggu sehingga dianggap sebagai gejala masuk angin ataupun maag yang biasa timbul. Keluhan lain yang turut menyertai serangan jantung bisa jadi lebih dominan dibandingkan keluhan nyeri dada sehingga serangan jantung tidak ada dibenak beberapa orang. Bagi beberapa orang serangan jantung seringkali dianggap sebagai sesuatu yang mustahil untuk terjadi. Beragam alasan tersebut menjadikan orang yang sedang mengalami serangan jantung datang terlambat ke rumah sakit.

Bagaimana cara mendiagnosa dan mengobatinya?

Untuk menentukan apa yang mendasari gejala yang dialami anda, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik. Jika dokter kemudian mencurigai anda mengalami Sindroma Koroner Akut maka beberapa test berikut akan dikerjakan :
  • Elektrokardiogram (EKG). Pemeriksaan EKG memberikan gambaran aktivitas listrik jantung anda. Dari pemeriksaan ini keadaan akut yang timbul akibat tersumbatnya arteri koroner dapat diketahui.
  • Pemeriksaan darah. Enzim jantung seperti CKMB atau Troponin dapat meningkat dengan cepat setelah terjadi kerusakan otot jantung. Melalui pemeriksaan ini, dokter  membuktikan bahwa telah terjadi kerusakan otot jantung.
Jika dari pemeriksaan dokter membuktikan bahwa arteri koroner telah tersumbat, maka dokter harus bekerja secepat mungkin untuk membuka arteri koroner. Setiap menit menjadi berharga karena semakin lama kerusakan otot jantung semakin besar dan menetap. Jadi waktu = otot jantung / miokardium. Hasil terbaik adalah bila arteri koroner dibuka dalam 4 jam setelah timbulnya nyeri, namun keuntungannya masih didapat dalam 12 jam pertama setelah timbulnya nyeri.

Terapi untuk Sindroma Koroner Akut selain obat-obatan adalah tindakan yang dikenal dengan nama Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Tindakan PCI adalah tindakan yang dikerjakan di Cath Lab, sebuah ruangan semi steril dengan alat flouroskopi jantung yang memungkinkan dokter melihat seperti apa pembuluh darah seseorang dengan bantuan zat kontras. Melalui tindakan ini sebuah kateter atau selang kecil yang steril dimasukkan melalui pembuluh arteri yang berada di lengan atau di paha dan diarahkan menuju jantung. Setelah tiba di pembuluh koroner, zat kontras akan disemprotkan sehingga pembuluh koroner dapat terlihat. Jika pemeriksaan menemukan ada sumbatan pada arteri koroner dokter akan menyedot gumpalan darah yang menjadi biang keroknya atau memasang stent bila sumbatan tersebut disertai penyempitan pembuluh darah yang bermakna. Saat ini tidak banyak rumah sakit yang memiliki fasilitas cath lab, di Jawa Barat sendiri hanya tersedia di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Sentosa, Borromeus, Advent, dan Al-Islam. Dari semua Rumah Sakit tersebut hanya beberapa Rumah Sakit yang memiliki tim PCI yang siap bekerja dalam tempo waktu satu jam sejak pasien datang. Jadi bagi mereka yang terkena serangan jantung berat ketersediaan fasilitas ini di RS yang ada tuju bisa jadi menjadi hal yang membedakan antara hidup dan mati.

Siapakah yang Memiliki Risiko Terkena Serangan Jantung?

Sindroma Koroner akut - seperti halnya gagal jantung dan stroke - lebih umum ditemukan pada pasien yang memiliki fakor risiko tertentu sebagai berikut :
  • Merokok
  • Tekanan Darah Tinggi (Tekanan Darah Sistolik lebih dari 140 mmHg, atau sistolik lebih dari 90 mmHg)
  • Penyakit Kencing Manis / Diabetes
  • Dislipidemia (Kolesterol Total dan LDL darah yang tinggi, HDL yang rendah).
  • Kurang Aktifitas (Olah raga yang kurang dari 3x/minggu)
  • Kegemukan (overweight atau obese)
  • Riwayat keluarga mengalami penyakit jantung atau meninggal mendadak.

Bagaimana Mencegah Serangan Jantung?

Upaya pencegahan selalu lebih murah (dan aman) dibandingkan upaya menyembuhkan. Upaya untuk menghindarkan diri dari kemungkinan serangan jantung dapat dicapai antara lain melalui :

  •  Sindroma Koroner akut - seperti halnya gagal jantung dan stroke - lebih umum ditemukan pada pasien yang memiliki fakor risiko tertentu sebagai berikut Berolah raga secara teratur, seminggu menimal 3x, masing-masing minimal 30 menit.
  •  Berhenti merokok baik aktif ataupun pasif - CDC dan WHO mengatakan bahwa merokok adalah faktor risiko kardiovaskular terbesar yang dapat dicegah.
  • Hindari olahraga yang terlalu berat diluar kebiasaan, terlebih bila anda merokok. Risiko yang ditimbulkan akibat kombinasi keduanya seringkali mengakibatkan banyak orang diusia produktif terkena serangan jantung dan meninggal muda.
  • Menjaga tekanan darah agar terkontrol baik melalui perubahan gaya hidup atau berobat secara teratur.
  • Makanlah cukup makanan yang sehat dengan kandungan minyak dan lemak yang rendah. Berhentilah sebelum kenyang.
  • Bila memiliki penyakit kencing manis, jagalah agar gula darah anda selalu terkontrol melalui diet yang sehat, olah raga, dan berobat yang teratur.
  • Mengurangi berat badan secara sehat melalui olah raga dan diet yang sehat.
  • Bagi anda yang pernah terkena serangan jantung atau sudah diketahui memiliki penyakit arteri koroner - harus mau minum obat secara teratur untuk mengurangi risiko terkena serangan jantung kembali.

 sumber: http://www.karisma-hospital.com/artikel-kesehatan/category/penyakit-jantung

HIPERTENSI


Hipertensi atau tekanan darah tinggi berarti bahwa tekanan darah anda terus-menerus lebih tinggi dari tingkat yang direkomendasikan. Sekitar 1 dari 3 orang dewasa memiliki tekanan darah tinggi namun hanya sekitar 1/3 yang kemudian terdiagnosis memiliki hipertensi. Hal ini dapat terjadi karena hipertensi umumya tidak bergejala sehingga sangat sedikit orang yang datang berobat karenanya. Tanpa pengobatan, tekanan darah tinggi yang tidak terkendali akan menimbulkan beragam komplikasi seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, dll. Karena hal itulah hipertensi seringkali dijuluki "silent killer".

Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah anda memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan pengukuran tekanan darah. Semua orang dewasa sebaiknya diperiksa tekanan darahnya setiap 5 tahun.

Jenis Tekanan Darah Tinggi

Terdapat dua jenis tekanan darah tinggi yaitu:
  1. Hipertensi Primer (esensial). Hipertensi esensial adalah hipertensi yang paling umum ditemukan. Istilah ini diberikan untuk jenis hipertensi dengan penyebab yang tidak dapat diidentifikasi. Tipe ini cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun.
  2. Hipertensi sekunder. Ini adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan dari masalah kesehatan lain yang mendasari terjadinya hipertensi seperti masalah ginjal, tumor kelenjar adrenal, dan juga obat-obatan tertentu seperti pil KB, penghilang rasa sakit dan obat-obatan terlarang.

Apa saja faktor risiko terjadinya Hipertensi?

Tekanan darah tinggi memiliki banyak faktor risiko, diantaranya antara lain:
  1. Umur. Risiko tekanan darah tinggi meningkat seiring bertambahnya usia. Risiko terjadinya hipertensi pada perempuan meningkat setelah menopause. Pada lelaki tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada laki-laki selama usia pertengahan awal.
  2. Ras. Tekanan darah tinggi, serangan jantung dan stroke sangat lebih umum terjadi pada penduduk berkulit hitam,
  3. Riwayat keluarga. Kecenderungan untuk memiliki tekanan darah tinggi akan lebih tinggi jika ada keluarga dekat yang sedarah yang juga memiliki hipertensi diusia muda.
  4. Berat Badan Berlebih / Obesitas. Orang dengan berat badan berlebih cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan orang dengan berat badan ideal. 
  5. Merokok. Merokok atau mengunyah tembakau dengan cepat meningkatkan tekanan darah, sementara itu bahan kimia berbahaya lainnya dalam tembakau perlakan dapat merusak lapisan dinding arteri. Hal ini mempercepat proses penyempitan arteri dan meningkatkan tekanan darah.
  6. Konsumsi garam yang terlalu banyak. Konsumsi garam berlebih dapat mengakibatkan tubuh anda mempertahankan cairan dan meningkatkan tekanan darah Anda.
  7. Stres. Tingkat stres yang tinggi dapat menyebabkan sementara, namun dramatis, peningkatan tekanan darah Anda.
  8. Beberapa kondisi kronis. Kolesterol tinggi, diabetes, penyakit ginjal dan obstructive sleep apnea adalah contoh beberapa kondisi kronis yang dapat meningkatkan tekanan darah.

Bagaimana Hipertensi Didiagnosis?

Tekanan darah diukur dengan alat yang disebut sphygmomanometer. Pertama, manset ditempatkan di lengan anda dan dipompa hingga sirkulasi pembuluh arteri terputus. Manset kemudian perlahan dikempiskan, dan dokter / perawat mengukur tekanan darah menggunakan stetoskop yang ditempatkan di atas lengan anda untuk mendengarkan suara berdenyutnya darah melalui arteri. Suara pertama yang terdengar mengacu pada tekanan darah sistolik; ketika suara tersebut memudar itulah tekanan diastolik,

Pembacaan tekanan darah dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti:
  • Merokok
  • Kopi atau minuman berkafein lainnya
  • Sebuah kandung kemih penuh
  • Aktivitas fisik
  • Stress emosional
Karena begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembacaan tekanan darah, pemeriksaan tekanan darah sebaiknya diambil beberapa kali untuk mendapatkan pengukuran yang akurat. Diagnosis tekanan darah tinggi ditegakkan jika tekanan darah ditemukan konsisten tinggi >140/90 mmHg dalam setidaknya 2x pemeriksaan dalam rentang waktu yang berbeda.

Bagaimana memahami hasil pemeriksaan tekanan darah ?

Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg) dan dicatat dalam 2 nilai:
  • Tekanan sistolik - tekanan darah tertinggi saat jantung anda memompakan keluar darah
  • Tekanan diastolik - tekanan darah terendah di antara denyut jantung.
Sebagai contoh, jika dokter mengatakan tekanan darah anda "140 per 90" atau 140/90mmHg, itu berarti anda memiliki tekanan sistolik 140mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Idealnya, tekanan darah anda sebaiknya berada di bawah 120 / 80 mmHg. Namun, tekanan darah di bawah 130 / 80mmHg umumnya dianggap normal. Anda dikatakan memiliki tekanan darah tinggi jika pemeriksaan pada setidaknya 2 kesempatan terpisah secara konsisten ditemukan 140 / 90mmHg atau lebih tinggi.

Bagaimana menyikapi temuan tekanan darah yang tinggi?

Pilihan anda untuk mendapatkan pengobatan / tidak akan tergantung pada nilai tekanan darah dan resiko terkena penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung, stroke atau gagal ginjal.
  • Jika tekanan darah anda secara konsisten di atas 140 / 90mmHg namun risiko penyakit kardiovaskular rendah - anda dapat menurunkan tekanan darah dengan membuat beberapa perubahan gaya hidup (lihat di bawah). Tekanan darah sebaiknya diperiksa setiap tahun.
  • Jika tekanan darah anda secara konsisten di atas 140 / 90mmHg tetapi di bawah 160/100 mmHg dan anda memiliki risiko penyakit kardiovaskular sedang atau tinggi. Anda akan ditawarkan obat untuk menurunkan tekanan darah anda.
  • Jika tekanan darah Anda secara konsisten di atas 160/100 mmHg, tanpa melihat risiko penyakit kardiovaskular, anda akan ditawarkan obat untuk menurunkan tekanan darah Anda.

Perubahan Gaya Hidup
Berikut adalah beberapa perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan darah tinggi. Beberapa di antaranya dapat menurunkan tekanan darah Anda dalam hitungan minggu:
  • Memotong asupan garam kurang dari 6 gram (0.2oz) sehari.
  • Makan sehat, rendah lemak, diet seimbang, termasuk banyak buah dan sayuran segar. 
  • Aktif secara fisik adalah salah satu hal yang paling penting yang dapat Anda lakukan untuk mencegah atau mengontrol tekanan darah tinggi. 
  • Kurangi konsumsi alkohol.
  • Berhenti merokok. Merokok meningkatkan risiko timbulnya penyakit jantung dan paru-paru.
  • Untuk mereka dengan berat badan berlebih, penurunan berat badan dapat membantu menurunkan tekanan darah.
  • Kurang minum kopi, teh atau minuman kaya kafein lain seperti cola. Minum lebih dari empat cangkir kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah anda.

Komplikasi Hipertensi

Tekanan tinggi akan memberikan tekanan berlebih terhadap dinding arteri sehingga perlahan pembuluh darah serta organ-organ dalam akan mengalami kerusakan. Semakin tinggi tekanan darah dan semakin lama tekanan darah dibiarkan tidak terkendali, semakin besar kerusakan yang terjadi.

Tekanan darah yang tidak terkontrol tinggi dapat menyebabkan :
  • Serangan jantung atau stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pengerasan dan penebalan arteri (aterosklerosis) yang dapat menyebabkan serangan jantung, stroke atau komplikasi lain pada pembuluh darah tepi.
  • Aneurisma. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung lama dapat melemahkan pembuluh darah sehingga timbul robekan pada lapisan pembuluh darah yang dapat membentuk aneurisma. Aneurisma rentan untuk pecah, jika terjadi pada pembuluh darah otak stroke hemorragik dapat terjadi, jika terjadi pada pembuluh darah besar (aorta) kondisi pasien dapat memburuk dengan cepat.
  • Gagal jantung. Untuk memompakan darah melawan tekanan darah yang tinggi jantung akan berdaptasi dan menebal. Proses ini pada awalnya akan bermanfaat namun dalam jangka panjang penebalan otot jantung yang berlebih dapat memicu timbulnya nyeri dada akibat tidak seimbangnya kebutuhan dan supply oksigen. Proses adaptasi yang terus berlanjut akan akan mengakibatkan ruang jantung melebar tanpa kendali sehingga timbul gagal jantung .
  • Kerusakan pembuluh darah di ginjal dapat mengganggu fungsi ginjal hingga akhirnya zat buangan tubuh tidak lagi dapat diproses ginjal, keadaan ini disebut dengan istilah gagal ginjal. Jika hal tersebut terjadi pasien bisa jadi memerlukan cuci darah / hemodialisis untuk bisa hidup.
  • Kerusakan pembuluh darah retina di mata / retinopathy. Retina berfungsi menangkap cahaya yang masuk ke bola mata. Jika fungsinya terganggu akan muncul titik buta yang dapat terus melebar dan pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.
  • Sindrom metabolik. Sindrom ini adalah sekelompok gangguan metabolisme tubuh, termasuk diantaranya peningkatan lingkar pinggang; trigliserida tinggi; high-density lipoprotein (HDL) atau "kolesterol baik" yang rendah; darah tinggi; dan tingkat insulin yang tinggi. Jika anda memiliki hipertensi, anda lebih mungkin untuk memiliki komponen lain dari sindrom metabolik. Semakin banyak komponen yang anda miliki, semakin besar risiko anda terkena diabetes, penyakit jantung atau stroke.
  • Masalah dengan memori atau fungsi kognitif. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat mempengaruhi kemampuan anda untuk berpikir, mengingat dan belajar. Masalah dengan memori atau pemahaman konsep lebih sering terjadi pada orang dengan hipertensi .

Pengobatan Hipertensi

Pengobatan hipertensi bertujuan bukan untuk mengatasi keluhan namun untuk mencegah komplikasi jangka panjang yang berbahaya, Hal ini harus difahami oleh pasien karena tanpa pemahaman, pasien yang umumnya tidak memiliki gejala cenderung kehilangan motivasi untuk berobat.

Terdapat banyak obat penurun tekanan darah yang dapat digunakan. Mereka yang memiliki tekanan darah yang tinggi >160/100 mmHg biasanya membutuhkan beberapa kombinasi obat untuk mengobati tekanan darah tinggi. Obat pertama yang ditawarkan biasanya tergantung pada usia anda.
  • Jika usia anda kurang dari 55 tahun - anda biasanya akan ditawarkan obat ACE inhibitor atau angiotensin receptor blocker (ARB).
  • Jika usia anda lebih dari 55 atau lebih - anda biasanya akan ditawarkan Calcium Channel Blocker.
Biasanya tekanan darah yang tinggi memerlukan pengobatan seumur hidup agar tetap terkendali. Namun jika tingkat tekanan darah anda tetap di bawah kontrol selama beberapa tahun, dokter anda mungkin memutuskan untuk mengurangi atau menghentikan pengobatan anda. Pada kasus demikian sangat penting untuk melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala sehingga anda tidak "kecolongan".

Obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dapat menghasilkan efek samping tetapi umumnya tidak berbahaya, perubahan pilihan obat bisanya dapat mengatasi hal tersebut. Beritahu dokter anda jika anda memiliki salah satu dari efek samping berikut :
  • Merasa mengantuk
  • Sakit di sekitar daerah ginjal anda (di sisi punggung bawah)
  • Batuk kering
  • Pusing, pingsan atau pusing
  • Ruam kulit
  • Pembengkakan kaki anda

ACE inhibitorAngiotensin-converting-enzyme inhibitor mengurangi tekanan darah dengan mengurangi kekuan/relaksasi pembuluh darah. Efek samping yang paling umum adalah batuk kering persisten. Jika efek samping menjadi sangat mengganggu, obat yang bekerja dengan cara yang mirip dengan ACE inhibitor, yang dikenal sebagai angiotensin-2 antagonis reseptor (ARB) dapat digunakan.

Calcium channel blockers
Calcium channel blockers menghalangi kalsium memasuki sel-sel otot jantung dan pembuluh darah. Hal ini akan mengakibatkan melebarnya arteri (pembuluh darah besar) dan mengurangi tekanan darah.

DiuretikKadang-kadang dikenal sebagai pil kencing karena mengakibatkan anda sering kencing. Diuretik bekerja dengan membuang kelebihan air dan garam tubuh melalui air kencing. Diuretik kadang digunakan sebagai alternatif untuk calcium channel blockers.

Beta-blocker
Beta-blocker bekerja dengan membuat jantung anda berdetak lebih lambat dan dengan kekuatan kurang, sehingga dapat mengurangi tekanan darah. Beta-blocker biasanya digunakan bila pengobatan lain tidak bekerja. Hal ini karena beta-blocker dianggap kurang efektif dibandingkan obat lain yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi.

Obat-obatan yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah diatas dapat menyebabkan efek samping yang mengganggu jika digunakan bersamaan dengan beberapa obat lain, termasuk beberapa jenis obat bebas. Jika anda ingin mengkonsumsi obat lain sebaiknya anda mengkonsultasikan dulu dengan dokter atau apoteker.

Apa target pengobatan Hipertensi?

Pengobatan hipertensi tidak bertujuan mengobati gejala yang kemudian muncul, tujuannya adalah menurunkan tekanan darah sehingga komplikasi berbahaya dapat dicegah. Pemahaman inilah yang perlu dimengerti benar oleh mereka yang memiliki hipertensi. Saat ini ada persepsi yang berkembang bahwa gejala hipertensi adalah nyeri kepala, pusing, atau nyeri tengkok sehingga masyarakat hanya datang berobat bila keluhan tersebut dirasakan. Ini adalah persepsi yang salah dan harus diluruskan.

Tergantung profil risiko kardiovaskular yang anda miliki dokter akan menetapkan target tekanan darah yang dinilai aman untuk anda. Untuk mencapai target tersebut dokter mungkin perlu menggunakan beberapa obat anti-hipertensi. Tercapainya target tekanan darah menjadi sesuatu yang harus terus dimonitor dalam pengobatan hipertensi. Kini anda dapat membeli alat pengukur tekanan darah digital untuk hal tersebut. Pengukuran darah dapat diukur secara berkala setiap harinya untuk kemudian dilaporkan ke dokter anda saat kontrol. Untuk pengukuran yang lebih tepat, dokter dapat menyarankan pemeriksaan Ambulatory Blood Pressure Monitoring untuk mengetahui tekanan darah rerata anda.
SUMBER: http://www.karisma-hospital.com/artikel-kesehatan/hipertensi-tidak-bergejala-namun-mematikan

ASKEP

More »

NON ASKEP

More »