Keperawatan Transkultural


A.         Perspektif Transkultural dalam Keperawatan

1.          pengertian budaya

Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat. (koentjoroningrat, 1986).

Perilaku dari berbagai kelompok masyarakat dunia berbeda-beda, perilaku tersebut akan membentuk budaya tertentu. Respon masyarakat terhadap suatu peristiwa dalam kehidupan berbeda-beda bergantung pada bagaimana kebiasaan sekelompok masyarakat tersebut dalam menangani masalah. Setiap individu memiliki budaya baik disadari maupun tidak disadari, budaya merupakan struktur dari kehidupan. Istilah budaya pertama kali didefinisikan oleh antropolog Inggris Tylor tahun 1871 bahwa budaya yaitu semua yang termasuk dalam pengetahuan, kepercayaan, seni, moral. Hukum, adat dan kebiasaan lain yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat (Brunner dan Suddart,2001).

Sedangkan Petter (1993) mendefinisikan budaya sebagai nilai-nilai, kebudayaan sikap dan adat yang terbagi dalam suatu kelompok dan berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya akan  dipakai oleh seseorang atau sekelompok orang dengan nyaman dari waktu kewaktu tanpa memikirkan rasionalisasinya.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat yang terdapat dalam pemikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan-kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang bebudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatanhidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditunjukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat

Wujud-wujud kebudayaan antara lain :
1.             Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan
2.             Kompleks aktivitas atau tindakan
3.             Benda-benda hasil karya manusia


2.          KARAKTERISTIK BUDAYA

               Dincker (1996), menyimpulkan pendapat Boyle dan Andrews (1989),                    yang  menggambarkan empat ciri esensial budaya yaitu :
1.     Budaya dipelajari dan dipindahkan, orang yang mempelajari budaya mereka sendiri sejak lahir.
2.     Budaya berbagi bersama, anggota-anggota kelompok yang sama membagi budaya baik secara sadar maupun tidak sadar, perilaku dalam kelompok merupakan bagian dari identitas budayanya.
3.     Budaya adalah adaptasi pada lingkungan yang mencerminkan kondisi khusus pada sekelompok manusia seperti bentuk rumah, alat-alat dan sebagainya. Adaptasi budaya pada negara maju diadopsi sesuai dengan teknologi yang tinggi’
4.     Budaya adalah proses yang selalu berubah dan dinamis, berubah seiring kondisi kebutuhan kelompoknya, misalnya tentang partisipasi wanita dan sebagainya. Penelitian batak Toba di Indonesia yang beradaptasi dengan suku Sunda dengan merubah adat ketatnya karena menyesuaikan diri dengan budaya setempat.
Menurut Samovar dan Porter (1995) ada 6 karakteristik budaya :
1.     Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari.
2.     Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya.
3.     Budaya itu berdasarkan symbol, untuk bisa mempelajari budaya orang memerlukan simbol.
4.     Budaya itu hal yang bisa berubah,karena budaya merupakan sistem yang dinamis dan adaftif maka budaya rentan terhadap adanya perubahan.
5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen-elemen budaya yang lain.
6.     Budaya itu etnosentris, adanya anggapan bahwa budaya kitalah yang paling baik diantara budaya-budaya yang lain.

3.          DEFINISI KEPERAWATAN TRANSCULTURAL
Keperawatan transkultural merupakan istilah yang sering digunakan dalam cross-cultural atau lintas budaya, intercultural atau antar budaya, dan multikultural atau banyak budaya (Andrews,1999). Leininger mendefinisikan transkultural nursing sebagai area yang luas dalam kererawatan yang mana berfokus pada kompratif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang universal dalam kerawatan (Andrews and Boyle,1997:Leininger dan McFarland,2002). Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur.
Teori transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat.
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya.
Tujuan  dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural  dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan  kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara  kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

4.          Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

Konsep dalam transcultural nursing adalah :

a.       Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

b.       Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan

c.        Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan

d.      Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu  menganggap budayanya adalah yang terbaik

e.       Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim

f.         Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.

g.       Etnografi: Ilmu budaya
Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.

h.      Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia

i.         Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia

j.         Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai
k.       Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.

5.          Paradigma transcultural nursing
Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai  latar belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :

a.      Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
b.     Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995).
c.      Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
d.     Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan / mempertahankan budaya, mengakomodasi / negoasiasi budaya dan mengubah / mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

6.          KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT

          Sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani maupun rohani dan kesejahteraan sosial seseorang. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Penyebabnay bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan, kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam hidup.
          Masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian terkait dengan budaya dan kepercayaan, yaitu :
  1. Karena pengaruh gejala alam seperti panas atau dingin terhadap tubuh manusia.
  2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin
  3. Supranatural seperti roh, guna-guna, setan.
  4.  Karena dosa yang disandang.
  5. Karena takdir Tuhan.


7.          Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu:

Cara I : Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

Cara II : Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

Cara III : Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,  perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995).
Pengkajian”Sunrise Model” Leininger yaitu:
1.          Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini.

2.          Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri.

Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

3.          Faktor sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

4.          Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait.

Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri.

5.          Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ).

 Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

6.          Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.

7.          Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.

Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.



Prinsip-prinsip pengkajian budaya:

1.     Jangan menggunakan asumsi.
2.  Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit, orang Jawa halus.
3.     Menerima dan memahami metode komunikasi.
4.     Menghargai perbedaan individual.
5.     Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.
6.     Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.

Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar

Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:

1) Komunikasi (Communication)
Bahasa yang digunakan, intonasi dan kualitas suara, pengucapan (pronounciation), penggunaan bahasa non verbal, penggunaan ‘diam’.

2) Space (ruang gerak)
Tingkat rasa nyaman, hubungan kedekatan dengan orang lain, persepsi tentang ruang gerak dan pergerakan tubuh.

3) Orientasi social (social orientastion)
Budaya, etnisitas, tempat, peran dan fungsi keluarga, pekerjaan, waktu luang, persahabatan dan kegiatan social keagamaan.

4) Waktu (time)
Penggunaan waktu, definisi dan pengukuran waktu, waktu untuk bekerja dan menjalin hubungan social, orientasi waktu saat ini, masa lalu dan yang akan datang.

5) Kontrol lingkungan (environmental control)
Nilai-nilai budaya, definisi tentang sehat-sakit, budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit.

6) Variasi biologis (Biological variation)
Struktur tubuh, warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan genetic, penyakit yang spesifik pada populasi terntentu, kerentanan terhadap penyakit tertentu, kecenderungan pola makan dan karakteristik psikologis, koping dan dukungan social.

Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle

Komponen-komponenya meliputi:
a.      Identitas budaya
b.     Ethnohistory
c.      Nilai-nilai budaya
d.     Hubungan kekeluargaan
e.      Kepercayaan agama dan spiritual
f.       Kode etik dan moral
g.      Pendidikan
h.     Politik
i.        Status ekonomi dan social
j.        Kebiasaan dan gaya hidup
k.     Faktor/sifat-sifat bawaan
l.        Kecenderungan individu
m.  Profesi dan organisasi budaya

Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan klien.













EmoticonEmoticon