BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rekreasi berasal dari bahasa latin
yaitu “creature” yang berarti mencipta lalu diberi awalan “re” yang sehingga
berarti ”pemulihan daya cipta atau penyegaran daya cipta”. Kegiatan rekreasi
biasanya dilakukan diwaktu senjang (leasuretine). Leasure berasal dari kata
“licere” (latin) yang berarti diperkenannkan menikmati saat-saat yang bebas
dari kegiatan rutin untuk memulihkan atau menyegarkan kembali. Rekreasi adalah
aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang yang bertujuan untuk membentuk,
meningkatkan kembali kesegaran fisik, mental, pikiran, dan daya rekreasi (baik
secara individu maupun kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin sehari-hari
dengan jalan mencari kesenangan, hiburan, dan kesibukan yang berbeda dan dapat
memberikan kepuasan dan kegembiraan yang ditujukan bagi kepuasan lahir dan
batin manusia.
Aamodt (2004) mengatakan stress kerja
sebagai reaksi psikologis dan fisik terhadap kejadian-kejadian atau
situasi-situasi (stressor) yang berasal dari lingkungan kerja. Salah
satu cara untuk mengurangi stress adalah dengan rekreasi. Rekreasi memiliki
banyak pilihan yakni menggambar,
mendengarkan musik, menari, berlibur ke suatu tempat dan tertawa. Tertawa
adalah salah satu bentuk rekreasi yang mudah dilakukan oleh setiap orang untuk
menghilangkan stress terhadap aktivitas yang dilakukan.
Orang dewasa
khususnya pekerja sebagian besar memiliki resiko terkena stress yang tinggi,
karena dalam aktifitas sehari-hari banyak hal yang mengganggu pikiran sehingga
merasa tertekan dalam menjalankan pekerjaannya. Salah satu cara yang efektif
untuk menangulangi stress yang dialami kebanyakan pekerja adalah dengan terapi
tertawa. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas tentang pengaruh penerapan terapi tawa terhadap
penurunan tingkat stres kerja pada pegawai kereta api.
B. Tujuan
Mengetahui pengaruh
terapi tertawa terhadap penurunan tingkat stress kerja.
BAB
II
ISI
Seseorang dalam
bekerja kerap sekali mengalami stress, contohnya pada kasus yang ada bahwa
pekerja yang bekerja disebuah perusahaan kerata api mengalami stress. Beberapa
pendapat yang menjelaskan tentang stress, menurut Maramis (2004) stres dapat
didefinisikan sebagai semua jenis perubahan yang menyebabkan fisik, emosi atau
tekanan psikologis. Riggio (2003) mengatakan bahwa stres adalah suatu reaksi
fisiologis terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan yang dirasakan
mengancam. Aamodt (2004) menyebutkan stres kerja sebagai reaksi psikologis dan
fisik terhadap kejadian-kejadian atau situasi-situasi (stressor) yang
berasal dari lingkungan kerja. Stres pada seseorang dapat disebabkan oleh beberapa
indicator (Budiningwati dan Meuraksa (2010)), diantaranya :
1. Ancaman
Persepsi tentang
adanya ancaman seperti fisik, sosial dan finansial akan membuat seseorang
menjadi stres. maupun ancaman lainnya. Keadaan akan menjadi buruk bila individu
yang mempersepsikan tentang adanya ancaman tidak dapat melakukan tindakan
apapun yang dapat mengurangi ancaman tersebut.
2. Ketakutan
Ancaman bisa menimbulkan ketakutan. Ketakutan membuat individu membayangkan akan
terjadinya akibat yang tidak menyenangkan sehingga menyebabkan stres
3. Ketidakpastian
Saat individu
merasa tidak yakin tentang sesuatu, maka akan sulit membuat prediksi. Akibatnya
individu merasa tidak akan dapat mengendalikan situasi. Perasaan tidak mampu
mengendalikan situasi akan menimbulkan ketakutan. Rasa takut menyebabkan stres
4. Disonansi
Kognitif
Disonansi kognitif
terjadi bila ada kesenjangan antara apa yang dilakukan dengan yang dipikirkan.
Hal ini akan dirasakan sebagai stress.
Menurut
Jacinta (2002), stres kerja memiliki dampak baik bagi perusahaan maupun
individu. Dampak yang terjadi akibat stress adalah sebagai berikut:
1.
Dampak terhadap perusahaan yaitu:
a.
Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja
b.
Mengganggu kenormalan aktivitas kerja
c. Menurunnya tingkat produktivitas
d. Menurunkan pemasukan dan keuntungan
perusahaan.
2. Dampak terhadap individu.
a. Kesehatan
Seperti penyakit jantung, gangguan
pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya.
b. Psikologis
Stres berkepanjangan akan menyebabkan
ketegangan dan kekuatiran yang terus menerus yang disebut stres kronis. Stres
kronis bersifat menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan seluruh
kehidupan penderita secara perlahan-lahan.
c. Interaksi interpersonal
Individu yang sedang stres akan lebih
sensitif dibandingkan dengan yang tidak, seperti menyalahartikan suatu keadaan,
pendapat dan penilaian, kritik, nasehat, bahkan perilaku orang lain sehingga
memunculkan depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri.
d. Dampak kognitif
Pekerja
menjadi kurang berkonsentrasi sehingga memperbesar kemungkinan untuk melakukan
kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaan.
Selain dampak-dampak yang dijelaskan
diatas, stres kerja bisa mengakibatkan beberapa penyakit fisik pada pekerja
(Stranks, 2005). Laporan dari The HSE (200, dalam Stranks, 2005) yaitu Work
Environment, Alcohol Consumption and Ill Health, The Whitehall II Study CRR
422/2002 menjelaskan bahwa situasi dan beban pekerjaan yang penuh tekanan akan
menyebabkan penyakit jantung koroner.
Dari penjelasan diatas, kita dapat mengetahui
dampak yang akan dirasakan oleh seorang pekerja atau umum yang mengalami stress
. Seseorang yang dibiarkan terlarut dengan stressnya akan mengakibatkan
penyakit bebahaya bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu, perlu sesuatu yang
dapat mengurangi tingkat stress kerja pada
seseorang. Stranks (2005) menjelaskan ada beberapa strategi
manajemen stres kerja. Strategi pertama, mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab stres seperti budaya kerja, jadwal kerja, proses komunikasi,
inkompetensi manajer, dan lain-lain. Kemudian dilakukan pengukuran dan evaluasi
tingkat stres yag dialami oleh pekerja tersebut. Hasil pengukuran dan evaluasi
tersebut kemudian dapat digunakan unuk menentukan penanganan stres yang tepat
bagi pekerja.
Ada cara efektif yang dapat dilakukan oleh seorang
pekerja untuk mengurangi stresnya, yaitu dengan terapi tertawa. Tertawa adalah ekspresi jiwa atau emosional yang diperlihatkan melalui raut wajah dan bunyi-bunyian
tertentu. Tertawa secara fisiologis dapat dibagi menjadi dua, yaitu satu set
gerakan dan produk suara (Muhammad, 2011). Tertawa merupakan tindakan yang
sehat dan memberi tambahan oksigen bagi sel dan jaringan. Sebaliknya, merasa
dan berperilaku murung mengakibatkan pengurangan oksigen dalam darah. Sel-sel
darah menjadi lapar dan kosong, menghasilkan depresi, kecemasan, dan kemarahan
(Plutchik, 2002). Otak yang dialiri darah beroksigen tinggi akan bekerja lebih
baik daripada saat kekurangan oksigen.
Otak mengingat sesuatu untuk kurun waktu sehingga
seseorang lupa sepenuhnya terhadap kejadian yang pernah dialami merupakan
kondisi yang agak mustahil. Jika individu tersenyum atau merasa senang, otak
akan mengingat bahwa di masa lalu ekpresi ini berkaitan dengan kebahagiaan, dan
akan segera menanggapinya dengan cara melepaskan
neurotransmiter-neurotransmiter yang tepat. Hasilnya kita akan menjadi lebih
berbahagia dan merasa lebih positif (Plutchik, 2002).
Menurut Dr. Lee Berk (Terapi Tawa, 2010), seorang
imunolog dari Loma Linda University di California USA, tertawa bisa mengurangi
peredaran dua hormon dalam tubuh,
yaitu efinefrin dan kortisol (hormon yang dikeluarkan ketika stres) yang
dikeluarkan oleh hipotalamus. jika kedua hormon tersebut dikeluarkan maka bisa
menghalangi proses penyembuhan penyakit. Jadi dalam keadaan bahagia ataupun
tertawa, maka hipotalamus akan mengeluarkan hormon endorpine, yang berfungsi
mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Terapi tawa atau humor adalah cara alami untuk menghadapi
sakit mental dan perasaan tertekan. Meskipun cara ini tidak dijamin berhasil
untuk semua kasus, dan keberhasilannya tergantung pada seberapa lama gangguan
itu telah dialami dan seberapa besar, akan tetapi setidak-tidaknya tersenyum
akan membuat penderita lebih riang dan dan secara sementara terbebas dari
masalah. Hasil-hasil penelitian ilmiah
terbaru memperlihatkan bahwa kebahagiaan bukan hanya terletak dalam pikiran,
tetapi terkandung dalam otot-otot dan hormon. Tindakan menggerakkan otot-otot
wajah membentuk ekspresi yang berkaitan dengan kesukacitaan dapat menghasilkan
efek positif yang berdampak pada sistem saraf. Paul Ekman (Terapi Tawa, 2010),
peneliti utama dalam bidang ini, meyakini bahwa mekanika gerakan otot-otot
wajah sangat berkaitan dengan sistem saraf otonom, yang mengatur denyut
jantung, pernapasan, dan fungsi-fungsi yang tidak bisa dikendalikan secara
sadar (Terapi Tawa,2010).
Terapi Tawa merupakan metode terapi dengan menggunakan
humor dan tawa dalam rangka membantu individu menyelesaikan masalah mereka,
baik dalam bentuk gangguan fisik maupun gangguan mental. Penggunaan tawa dalam
terapi akan menghasilkan perasan lega pada individu. Ini disebabkan tawa secara
alami menghasilkan pereda stres dan rasa sakit (Terapi Tawa, 2010).
Terapi tawa terdiri dari tiga tahap utama yang disusun
berdasarkan prinsip-prinsip psikologi yang dapat berfungsi menurunkan
gejala-gejala stres.
Pembagian Tiga Tahap Utama Model Sesi Tawa
15 Langkah
Tahap
|
Model Sesi Tawa
|
Prinsip Psikologi
|
Persiapan
|
Langkah
1
|
Breathing
(Pernapasan)
|
Langkah
2
|
Physical
Relaxation (gerakan tepuk tangan berirama dan teknik-teknik tawa yoga)
|
|
Langkah
3
|
||
Inti
|
Langkah
4
|
· Physical
Relaxation
· Mengembangkan
Kemampuan Komunikasi
· Mencari
Social Support (teknik
melakukan coping terhadap stress)
|
Langkah
5
|
||
Langkah
6
|
||
Langkah
7
|
||
Tawa
milk shake
|
||
Langkah
8
|
||
Langkah
9
|
||
Langkah
10
|
||
Langkah
11
|
||
Langkah
12
|
||
Langkah
13 A
|
||
Langkah
13 B
|
||
Langkah
14
|
||
Langkah
15
|
||
Penutup
|
Ayo
Ngguyu
|
Mental
Relaxation
|
Meneriakan
2 Slogan
|
||
Saat
Teduh
|
Tahapan Terapi Tawa
Masing-masing sesi
dalam terapi adalah kombinasi antara latihan pernapasan, peregangan dan
berbagai teknik tawa stimulus. Satu sesi tawa memakan waktu antara 20-30 menit.
Sedangkan satu putaran tawa memakan waktu antara 30- 40 detik (Firmanto, 2006).
1. Langkah Pertama.
Pemanasan dengan
tepuk tangan serentak semua peserta, sambil mengucapkan ho ho ho... Ha ha ha
...
Tepuk tangan di
sini sangat bermanfaat bagi peserta karena saraf-saraf di telapak tangan akan
ikut terangsang sehingga menciptakan rasa aman dan meningkatkan energi dalam
tubuh.
2. Langkah Kedua.
Pernapasan
dilakukan seperti pernapasan biasa yang dilakukan semua cabang-cabang olahraga
pada awal latihan yaitu: melakukan pernapasan dengan mengambil napas melaui
hidung, lalu napas ditahan selama 15 detik dengan pernapasan perut. Kemudian
keluarkan perlahan-lahan melalui mulut. Hal ini dilakukan lima kali
berturut-turut.
3. Langkah Ketiga.
Menutar engsel
bahu ke depan dan ke arah belakang. Kemudian menganggukkan kepala ke bawah
sampai dagu hampir menyentuh dada, lalu mendongakkan kepala ke atas belakang.
Lalu menoleh ke kiri dan ke kanan. Lakukan secara perlahan.
4. Langkah Keempat: Tawa Bersemangat.
Tutor memberikan aba-aba untuk memulai tawa, 1, 2, 3....
semua orang tertawa serempak. Jangan ada yang tertawa lebih dulu atau
belakangan, harus kompak seperti nyanyian koor. Dalam tawa ini tangan diangkat
ke atas beberapa saat lalu diturunkan dan diangkat kembali, sedangkan kepala
agak mendongak ke belakang . Setiap selesai melakukan satu tahap dianjurkan
menarik napas secara pelan dan dalam.
5. Langkah Kelima: Tawa Sapaan.
Tutor memberikan aba-aba agar peserta tawa tertawa dengan
suara-suara sambil mendekat dan bertegur sapa satu sama lainnya. Dalam
melakukan sesi ini mata peserta diharapkan saling memandang satu sama lain. Peserta
dianjurkan menyapa sambil tertawa pelan. Cara menyapa ini sesuai dengan
kebiasaan masing-masing. Setelah itu peserta menarik napas secara pelan dan
dalam.
6. Langkah Keenam: Tawa
Penghargaan.
Peserta membuat
lingkaran kecil dengan menghubungkan ujung jari telunjuk dengan ujung ibu jari.
Kemudian tangan digerakkan ke depan dan ke belakang sekaligus memandang anggota
lainnya dengan melayangkan tawa yang manis sehingga seperti memberikan penghargaan
kepada yang dituju. Kemudian bersama-sama tutor mengucapkan, ho ho ho... ha ha
ha ... sekaligus bertepuk tangan. Setelah melakukan tawa ini kembali menarik
napas secara pelan dan dalam agar kembali tenang.
7. Langkah Ketujuh: Tawa Satu Meter.
Tangan kiri dijulurkan ke samping tegak lurus dengan
badan, sementara tangan kanan melakukan gerakan seperti melepaskan anak panah,
lalu tangan di tarik ke belakang seperti menarik anak panah dan dilakukan dalam
tiga gerakan pendek, seraya mengucapkan ae...... ae.......aeee.... lalu tertawa
lepas seraya merentangkan kedua tangan dan kepala agak mendongak serta tertawa
dari perut. Gerakan seperti ini dilakukan ke arah kiri lalu ke arah kanan.
Ulangi hal serupa antara 2 hingga 4 kali. Setelah selesai kembali menarik napas
secara pelan dan dalam.
8. Langkah Kedelapan: Tawa Milk Shake.
Peserta seolah-olah memegang dua gelas berisi susu, yang
satu di tangan kiri dan satu di tangan kanan. Saat tutor memberikan instruksi
lalu susu dituang dari gelas yang satu ke gelas yang satunya sambil mengucapkan
Aeee.... dan kembali dituang ke gelas yang awal sambil mengucapkan aeeee.....
Setelah selesai melakukan gerakan itu, para anggota klub tertawa sambil
melakukan gerakan seperti minum susu.
9. Langkah
Kesembilan: Tawa Hening tanpa Suara.
Harus dilakukan
hati-hati, sebab tawa ini tidak bisa dilakukan dengan tenaga berlebihan, dapat
berbahaya jika beban di dalam perut mendapat tekanan secara berlebihan.
Perasaan lebih banyak berperan dari pada penggunaan tenaga berlebihan. Pada
tawa ini mulut di buka selebar-lebarnya seolah-olah tertawa lepas tetapi tanpa
suara, sekaligus saling memandang satu sama lainnya dan membuat berbagai
gerakan dengan telapak tangan serta menggerak-gerakkan kepala dengan
mimik-mimik lucu. Dalam melakukan tawa hening ini otot-otot perut bergerak
cepat seperti melakukan gerak tawa lepas. Kemudian kembali menarik napas pelan dan dalam.
10. Langkah Kesepuluh: Tawa Bersenandung dengan Bibir
Tertutup.
Ini adalah gerakan tawa yang harus hati-hati dilakukan
sebab tertawa tanpa suara, sekaligus mengatupkan mulut yang dipaksakan akan
berdampak buruk karena menambah tekanan yang tidak baik dalam rongga perut.
Dalam pelaksanaan gerak ini peserta dianjurkan bersenandung hmmmmmm......
dengan mulut tetap tertutup, sehingga akan terasa bergema di dalam kepala.
Dalam melakukan senandung ini diharapkan semua peserta saling berpandangan dan
saling membuat gerakan-gerakan yang lucu sehingga memacu peserta lain semakin
tertawa. Kemudian kembali menarik napas dalam dan pelan.
11. Langkah Kesebelas: Tawa Ayunan.
Peserta berada dalam formasi melingkar dan harus
mendengar aba-aba tutor. Kemudian peserta mundur dua meter sambil tertawa,
untuk memperbesar lingkaran dan kembali maju sekaligus mengeluarkan ucapan, ae
ae aeeeeeeee....... Seluruh peserta mengangkat tangan dan serempak tertawa
lepas dan pada saat yang sama semua bertemu di tengah-tengah dan melambaikan
tangan masing-masing. Tahap berikutnya, peserta kembali pada posisi semula, dan
melanjutkan gerakan maju ke tengah dan mengeluarkan ucapan, Aee..... Oooo....
Ee-Uu...... dan sekaligus tertawa lepas dan serupa dilakukan bisa sampai emapat
kali. Setelah selesai kembali menarik napas dalam dan pelan.
12. Langkah Keduabelas: Tawa Singa.
Ini merupakan tawa yang sangat bermanfaat buat otot-otot
wajah, lidah, dan memperkuat kerongkongan serta memperbaiki saluran dan
kelenjar tiroid sekaligus peserta dapat menghilangkan rasa malu dan takut.
Dalam gerakan ini mulut dibuka lebar-lebar dan lidah dijulurkan ke luar
semaksimal mungkin, mata dibuka lebar seperti melotot, seolah-olah seperti
singa mau mencakar mangsanya. Pada saat itula peserta tertawa dari perut.
Setelah selesai lakukan kembali gerakan menarik napas secara dalam dan pelan.
13. Langkah Ketigabelas: Tawa Ponsel.
Peserta dibagi dalam dua kelompok yang saling berhadapan
dan masing-masing seolah-olah memegang handphone. Tutor meminta peserta
saling menyeberang sambil memegang handphone. Pada saat itulah peserta
tertawa sambil saling berpandangan dan setelah itu kembali lagi ke posisi
semula. Setelah selesai tarik napas dalam dan pelan.
14. Langkah Keempatbelas: Tawa Bantahan.
Anggota kelompok dibagi dalam dua bagian yang bersaing
dengan dibatasi jarak. Biasanya mereka dibagi dengan kelompok pria dan wanita.
Dalam kelompok itu mereka saling berpandangan sekaligus tertawa dan saling
menuding dengan jari telunjuk kepada kelompok yang dihadapannya. Gerakan ini
sangat menarik para peserta karena mereka akan bisa tertawa lepas. Setelah
selesai tarik napas dalam dan pelan agar kembali segar dan tenang.
15. Langkah Kelimabelas: Tawa Memaafkan.
Perserta klub memegang cuping telinga masing-masing
sekaligus menyilangkan lengan dan berlutut diikuti dengan tawa. Muatan dari
tawa ini adalah saling memaafkan jika ada perselisihan. Setelah selesai tarik
napas dalam dan pelan.
16. Langkah Keenambelas: Tawa Bertahap.
Di sini tutor menginstruksikan agar peserta mendekatinya.
Tutor mengajak peserta untuk tersenyum kemudian secara bertahap menjadi tertawa
ringan, berlanjut menjadi tawa sedang dan terakhir menjadi tertawa lepas penuh
semngat. Tawa ini dilakukan selama satu menit. Setelah selesai tarik napas
dalam pelan.
17. Langkah Ketujuhbelas: Tawa dari Hati ke Hati
Tawa ini merupakan
sesi terakhir dari tahapan terapi. Semua peserta terapi saling berpegangan
tangan sambil berdekatan sekaligus bersama-sama tertawa dengan saling
bertatapan dengan perasaan lega. Peserta
juga bisa saling bersalaman atau berpelukan sehingga terjalin rasa keakraban
yang mendalam.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
tercantum dalam jurnal didapatkan bahwa terapi tertawa dapat mengurangi stress
pada pekerja disebuah PT. Kereta Api Indonesia. Stres yang tidak segera
ditangani akan berdampak buruk bagi penderitanya. Rekreasi berupa terapi
tertawa salah satu cara yang efektif untuk mengurangi stress yang dialami
seseorang yang berusia dewasa. Terapi tertawa memiliki 17 tahapan untuk
dilakukan. Seseorang yang dapat melakukan terapi tertawa dengan baik akan
mendapatkan hasil yang luar biasa untuk mengurangi stress yang dialaminya.
EmoticonEmoticon