A. SENSASI NORMAL.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan
informasi dari organ saraf sensosri, menyalurkan informasi melalui saluran yang
sesuai, dan mengintegrasikan informasi menjadi respon yang bermakna. Sumber
stimulus berasal dari dalam dan luar tubuh, khususnya melalui indra penglihatan
(visual), pendengaran (auditori), perabaan (taktil), penciuman (olfaktori) dan
rasa (gustatori), tubuh juga mempunyai rasa indera kinestetik yang memungkinkan
seseorang menyadari posisi dan pergerakan bagian tubuh tanpa melihatnya.
Stereognosis adalah indra yang memungkinkan seseorang mengenali ukuran, bentuk,
dan tekstur benda.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang segera
atau informasi tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan dimasa depan.
Sistem saraf harus utuh agar stimulus sensori mencapai pusat otak yang sesuai dan agar individu menerima sensai. Setelah menginterpretasi makna sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus.
Sistem saraf harus utuh agar stimulus sensori mencapai pusat otak yang sesuai dan agar individu menerima sensai. Setelah menginterpretasi makna sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus.
Tiga komponen dalam penerimaan setiap pengalaman sensori adalah, penerimaan,
persepsi dan reaksi. Penerimaan di mulai dengan stimulasi sebuah sel saraf yang
disebut Reseptor, yang biasanya diciptakan hanya untuk satu jenis stimulus,
seperti cahaya atau bunyi suara. Setelah impuls saraf tercipta, maka akan
berjalan sepanjang jalur ke medulla spinalis atau secara langsung ke otak.
Jalur saraf sensori biasanya menyeberang untuk mengirim stimulus ke sisi yang berlawanan otak. Persepsi aktual atau kesadaran sensasi unik tergantung pada area penerimaan dari korteks serebral, tempat sel otak khusus menginterpretasikan kualitas dan sifat stimulus sensori. Jika seseorang sadar terhadap stimulus dan menerima informasi maka akan terjadi persepsi.
Jalur saraf sensori biasanya menyeberang untuk mengirim stimulus ke sisi yang berlawanan otak. Persepsi aktual atau kesadaran sensasi unik tergantung pada area penerimaan dari korteks serebral, tempat sel otak khusus menginterpretasikan kualitas dan sifat stimulus sensori. Jika seseorang sadar terhadap stimulus dan menerima informasi maka akan terjadi persepsi.
Tingkat kesadaran mempengaruhi sejauh mana stimulus di persepsikan dan
diinterpretasikan. Setiap faktor yang menurunkan kesadaran akan merusak
persepsi sensori. Persepsi termasuk integrasi dan interpretasi stimulus berdasarkan
pengalaman seseorang. Jika sensasi tidak lengkap, seperti adanya pandangan
kabur, atau pengalaman masa lalu tidak adekuat untuk memahami stimulus seperti
nyeri, maka orang tersebut dapat bereaksi terhadap stimulus sensasi secara
tidak tepat.
Keseimbangan antara stimulus sensor yang masuk otak dan mencapai kesadaran
seseorang secara actual akan mempertahankan kesehatan seseorang, Jika seorang
individu mencoba bereaksi terhadap setiap stimulus didalam lingkungan atau jika
ketidakcukupan ragam dan kualitas stimulus maka akan terjadi perubahan sensori.
B. PERUBAHAN SENSORI
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi sensori adalah:
1.
Usia.
Bayi tidak mampu membedakan stimulus sensori karena jalur sarafnya masih
belum matang.
Penglihatan berubah selama usia dewasa mencakup presbiopia ( ketidakmampuan
memfokuskan pada objek dekat ), dan kebutuhan kaca mat baca ( usia 40 – 50 th )
Pendengaran berubah, mulai usia 30 th, temasuk penurunan tajam pendengaran,
kejelasan bicara, perbedaan pola tinggi suara dan ambang pendengaran,
Lansia mengalami penurunan lapang penglihatan, peningkatan sensitivitas
cahaya yang menyilaukan, kerusakan penglihatan pada malam hari, penuruanan
akomodasi, dan kedalaman persepsi dan diskriminasi warna.
Lansia memiliki kesulitan membedakan konsonan, suara bicara bergetar, dan
terdapat perpanjangan persepsi dan reaksi bicara.
Perubahan gustatori dan olfaktori mencakup penurunan dalam jumlah ujung
saraf pengecap dan penciuman. Serta penurunan diskriminasi rasa dan
sensitivitas terhadap bau.
Proprioseptif berubah setelah usia 60 tahun , termasuk kesulitan dengan
keseimbangan, orientasi mengenai tempat dan koordinasi.
Lansia mengalami perubahan taktil, termasuk penurunan sensitivitas terhadap
nyeri, tekanan dan suhu.
2.
Medikasi.
Beberapa obat antibiotika (misal streptomisin, gentamisin) adalah
antibiotika yang ototoksik dan secara permanen dapat merusak saraf pendengaran.
klorampenikol dapat mengiritasi saraf optic.
Obat jenis analgesic narkotik, sedative dan antidepresan dapat mengubah
peresepsi stimulus.
3.
Lingkungan.
Stimulus lingkungan yang berlebihan( peralatan yang bising, percakapan staf
di dalam unit perawatan ) dapat menghasilkan beban sensori yangberlebihan yang
ditandai dengan kebingungan, disorientasi, dan ketidakmampuan membuat
keputusan.
Stimulus lingkungan yang terbatas ( isolasi ) dapat mengarah kepada
deprivasi sensori, serta kualitas lingkungan yang buruk( misal penerangan yang
buruk, lorong yang sempit, latar belakang yang bising ) dapat memperburuk
kerusakan sensori.
4.
Tingkat kenyamanan.
Nyeri dan kelelahan mengubah cara seseorang berpersepsi dan bereaksi
terhadap stimulus.
5.
Penyakit yang ada sebelumnya.
Penyakit vascular perifer dapat menyebabkan penurunan sensasi pada ekstremitas
dan kerusakan kognisi.
Penyakit Diabetes kronik dapat mengarah pada penurunan penglihatan, kebutaan,
atau neuropati perifer.
Penyakit Stroke sering menimbulkan kehilangan kemampuan bicara, kerusakan
fungsi motorik dan penerimaan sensori.
6.
Merokok.
Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atropi ujung-ujung saraf
pengecap, mengurangi persepsi rasa.
7.
Tingkat kebisingan.
Pemaparan yang konstan pada tingkat kebisingan yang tinggi dapat meyebabkan
kehilangan pendengaran.
8.
Intubasi Endotrakea.
Kehilangan kemampuan bicara sementara akibat pemasukan selang endotrakea
melalui mulut atau hidung kedalam trakea.
C.
JENIS-JENIS PERUBAHAN SENSORI
1.
Defisit Sensori.
Adalah suatu kerusakan dalam fungsi normal penerimaan dan pesepsi sensori.
Individu tidak mampu menerima stimulus tertentu (misalnya kebutaan atau tuli),
atau stimulus menjadi distorsi (misalnya penglihatan kabur karena katarak). Kehilangan
sensori secara tiba-tiba dapat menyebabkan ketakutan, marah, dan perasaan
tidak berdaya. Pada awalnya individu bersikap menarik diri dengan
menghindari komunikasi atau sosialisasi dengan orang lain dalam suatu usaha
untuk mengatasi kehilangan sensori. Klien yang mengalami deficit sensori dapat
mengubah perilaku dalam cara-cara yang adaptif atau maladaptif
2.
Deprivasi Sensori.
Sistem pengaktivasi reticular dalam batang otak menyebabkan semua stimulus
sensori ke korteks serebral, sehingga meskipun saat tidur yang nyenyak, klien
mampu menerima stimulus. Jika seseorang mengalami suatu stimulasi yang tidak
adekuat kualitas dan kuantitasnya seperti stimulus yang monoton atau tidak
bermakna maka akan terjadi deprivasi sensori. Tiga jenis deprivasi sensori adalah
kurangnya input sensori (karena kehilangan penglihatan dan pendengaran),
Eliminasi perintah atau makna dari input (misal terpapar pada lingkungan asing)
dan Restriksi dari lingkungan (misalnya tirah baring atau berkuranya variasi
lingkungan) yang menyebabkan monoton dan kebosanan.
Efek dari deprivasi sensori adalah :
a.
Kognitif
Penurunan kapasitas belajar, ketidakmampuan berpikir atau menyelesaikan
masalah, penampilan tugas buruk, disorientasi, berpikir aneh, regresi,
b.
Afektif.
Kebosanan, kelelahan, peningkatan kecemasan, kelabilan emosi, dan
peningkatan kebutuhan untuk stimulasi fisik.
c.
Persepsi.
Disorganisasi persepsi terjadi pada koordinasi visual, motorik, persepsi
warna, pergerakan nyata, keakuratan taktil, kemampuan untuk mempersepsikan
ukiran dan bentuk, penilaian mengenai ruang dan waktu.
3.
Beban Sensori yang berlebihan.
Adalah suatu kondisi dimana individu menerima banyak stimulus sensori dan
tidak dapat secara perceptual tidak menghiraukan beberapa stimulus.
Pada kondisi ini dapat mencegah otak untuk berespon secara tepat atau mengabaikan stimulus tertentu. Sehingga individu tidak lagi mempersepsikan lingkungan secara rasional.
Pada kondisi ini dapat mencegah otak untuk berespon secara tepat atau mengabaikan stimulus tertentu. Sehingga individu tidak lagi mempersepsikan lingkungan secara rasional.
Kelebihan sensori mencegah respon yang bermakna oleh otak, menyebabkan
respon yang berpacu, perhatian bergerak pada banyak arah dan menjadi lelah. Kelebihan
sensori adalah individual, karena jumlah stimulus yang dibutuhkan untuk
berfungsi sehat bervariasi. Toleransi seseorang pada beban sensori yang
berlebihan dapat bervariasi oleh tingkat kelelahan, sikap, dan kesehatan
emodional dan fisik. Perubahan perilaku yang berhubungan dengan beban sensori
yang berlebihan dapat dengan mudah menjadi bingung atau disorientasi sederhana.
EmoticonEmoticon