BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perasaan stressyang
timbul disebabkan karena insting atau reaksi tubuh untuk mempertahankan diri.
Reaksi seperti ini adalah baik pada saat atau kondisi gawat darurat atau
emergensi, seperti reaksi keluar dari mobil yang kecepatannya melampaui batas
dan akan menabrak jalan. Stress juga dapat disebabkan karena gejala-gejala
fisik yang berlangsung terlalu lama, seperti dalam merespon tantangan dan
perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Stress menjadikan tubuh anda bekerja
secara berlebihan yang dapat membuat anda merasa cemas, takut, khawatir dan
tegang.
Perubahan kecil apapun
dapat membuat anda merasa tertekan atau merasa stress, bahkan perubahan yang
baik sekalipun. Itu bukan hanya perubahannya atau kejadian itu sendiri, tapi juga
bagaimana reaksi seseorang atau anda terhadap perubahan atau kejadian yang
terjadi. Ketegangan atau stress pada tiap orang berbeda-beda, sebagai contoh
seseorang mungkin merasa stress karena pensiun dari pekerjaannya, sementara
orang lain mungkin tidak mengalami stress seperti apa yang dialami orang
tersebut yang stress karena pensiun kerja.
Hal lain yang mungkin
menjadikan seseorang stress termasuk di PHK dari pekerjaan, ditinggal atau anak
pulang kampung, ditinggal pergi suami atau orang yang dicintai, bercerai atau
menghadapi pernikahan, penyakit tertentu, kecelakaan, kenaikan pangkat dalam
pekerjaan, masalah keuangan, pindah rumah atau mempunyai momongan baru dan lain
sebagianya.
Dapatkah stress berpengaruh
pada kondisi kesehatan seseorang?Kondisi stressdapat menyebabkan masalah
kesehatan atau menjadikan masalah-masalah yang ada menjadi lebih berat jika
seseorang tidak dapat menemukan cara atau jalan untuk menghadapinya.
Konsultasikan dengan dokter jika anda berpikir bahwa beberapa gejala yang anda
punyai disebabkan karena faktor stress. Merupakan hal penting untuk memastikan
bahwa gejala-gejala tersebut bukan disebabkan karena masalah kesehatan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Definisi Stress dan Stresor
A. Definisi stress
Kata “stres” bisa diartikan
berbeda bagi tiap-tiap individu. Sebagian individu mendefinisikan stresssebagai
tekanan, desakan atau respon emosional. Para psikolog juga mendefinisikan stressdalam
berbagai bentuk. Stressbisa mengagumkan, tetapi bisa juga fatal. Semuanya
tergantung kepada para penderita.
Lazarus dan Folkman, 1984 menyatakan, stresspsikologis adalah
sebuah hubungan antara individu dengan lingkungan yang dinilai oleh individu
tersebut sebagai hal yang membebani atau sangat melampaui kemampuan seseorang
dan membahayakan kesejahteraannya.
Stress dapat dijadikan
sebagai stimulus untuk perubahan dan perkembangan, sehingga dalam hal ini dapat
dianggap positif atau bahkan perlu. Meskipun demikian stress yang terlalu berat
dapat mengakibatkan sakit, penilaian yang buruk , dan ketidakmampuan unuk
bertahan . stress dapat didefinisikan sebagai respon adptif, dipengaruhi oleh
karakteristik individual dan/atau proses psikologis yaitu akibat dari tindakan,
situasi atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan/atau
fisiologis terhadap seseorang.( Ivancevich dan Matteson, 1980 dalam kreitner
dan kinicki, 2004)
Menurut Hans Selye, “Stress
adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan
kebutuhan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI,1989). Stress adalah
reaksi atau respons tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau
beban kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001). Stress adalah suatu kekuatan yang
mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang”
(Soeharto Heerdjan, 1987).
“Stress adalah segala
masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang mengganggu
keseimbangan kita” (Maramis, 1999). Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana
dikutip oleh Grant Brecht (2000) bahwa yang dimaksud “Stress adalah gangguan
pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan,
yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam
lingkungan tersebut”.
Menurut Robert S. Fieldman
(1989) stress adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu
yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa
itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang
memunculkan stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan perkawinan) atau
negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa
yang menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang
diberikan oleh individu.
Stressadalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distressdan
menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stressmembutuhkan koping
dan adaptasi.
Sindrom adaptasi umum atau Teori Selye, menggambarkan stresssebagai
kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stresstersebut
positif atau negatif. Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor
atau penyebab tertentu (Issac, 2004)
Stressadalah reaksi atau respons psikososial (tekanan mental atau
beban kehidupan). Stressdewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan
berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa
respons fisiologis, perilaku, dan subyektif terhadapat stres. Konteks yang menjembatani pertemuan antara
individu dengan stimulus yang membuat stres, semuanya sebagai sistem (WHO,158)
Pada gejala stres, gejala
yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik),
tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stressmempunyai
konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan
eustres.Stress adalah suatu tuntutan yang mendorong organisme untuk beradaptasi
atau menyesuaikan diri. Sedangkan stressor adalah suatu sumber stres.
B. Definisi
stresor
Stresor adalah semua
kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah
semua respons fisiologik nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem
biologis. Stressreaction
acute (reaksi stressakut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang
individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stressfisik
dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau
hari.
Stressor merupakan stimuli yang mengawali atau memicu
perubahan yang menimbulkan stress. Stressor mewakili kebutuhan yang tidak terpenuhi,
bisa berupa kebutuhan fisiologis, psikologis, social, lingkungan, spiritual,
dan sebagainya. ini biasanya disertai oleh perasaan was-was kuatir dalam
percapaian tujuan.
Sumber stressyang dapat menjadi
pemicu munculnya stresspada individu, berdasarkan sumbernya dibagi menjadi 2
yaitu:
1.
Stressor atau Frustrasi
Eksternal (Frustrasi = kekecewaan yang mendalam).
Stressor eksternal : berasal dari luar
diri seseorang, misalnya perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan
dalam peran keluarga atau sosial, tekanan dari pasangan.
2.
Stressor atau Frustrasi
Internal
Stressor internal : berasal dari dalam
diri seseorang, misalnya demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau
suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah).
Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang
dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu:
A.
Faktor Lingkungan.
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan.
Yaitu:
a. Ketidakpastian ekonomi.
b. Ketidakpastian politik.
c. Kemajuan teknologi.
d. Terorisme
B. Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam
organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan
atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka,
serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis
mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana contoh-contoh itu terkandung
di dalamnya.
3. Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi
terutama faktor-faktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan
karakteristik kepribadian bawaan.
2.
Tahap-Tahap Stress
Gejala-gejala stresspada diri seseorang
seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stresstimbul secara lambat, dan baru
dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi
kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan
lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Amberg (dalam Hawari, 2001) membagi
tahapan-tahapan stresssebagai berikut :
A.
Stresstahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stressyang
paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
a.
Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).
b.
Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.
c.
Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari
biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
B. Stresstahap
II
Dalam tahapan ini dampak stressyang semula
“menyenangkan” sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan
timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi
cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat
yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau
memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering
dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stresstahap II adalah
sebagai berikut:
a.
Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya
merasa segar.
b.
Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
c.
Lekas merasa capai menjelang sore hari.
d.
Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel
discomfort).
e.
Detakan jantung lebih keras dari biasanya
(berdebar-debar).
f.
Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
g.
Tidak bisa santai.
C. StressTahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam
pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stresstahap II, maka akan
menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu:
a.
Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya
keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).
b.
Ketegangan otot-otot semakin terasa.
c.
Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional
semakin meningkat.
d.
Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar
untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar
kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan
tidak dapat kembali tidur (Late insomnia).
e.
Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa loyo dan
serasa mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada
dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stresshendaknya dikurangi
dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi
yang mengalami defisit.
D. StressTahap IV
Gejala stresstahap IV, akan muncul:
a.
Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa
amat sulit.
b.
Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan
mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
c.
Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi
kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate).
d.
Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin
sehari-hari.
e.
Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi
yang menegangkan; Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat
dan kegairahan.
f.
Daya konsentrasi, daya ingat menurun.
g.
Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang
tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.
E. StressTahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan
jatuh dalam stresstahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
a.
Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam
(physical dan psychological exhaustion).
b.
Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan
sehari-hari yang ringan dan sederhana.
c.
Gangguan sistem pencernaan semakin berat
(gastrointestinal disorder).
d.
Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin
meningkat, mudah bingung dan panik.
F. StressTahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang
mengalami serangan panik (panic attack)
dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stresstahap VI ini berulang
dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan
karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stresstahap
VI ini adalah sebagai berikut:
a.
Debaran jantung teramat keras.
b.
Susah bernapas (sesak dan megap-megap).
c.
Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat
bercucuran.
d.
Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.
e.
Pingsan atau kolaps (collapse).
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana
digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan
oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial
yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
3.
General dan local
adaptation syndrome (GAS & LAS)
Menurut Hans
Selye, 1950 stress adalah respon tubuh yang bersifat non-spesifik terhadap
setiap tuntutan beban di atasnya. Selye memformulasikan konsepnya dalam General
Adaptation Syndrome (GAS) dan Lokal Adaptasion Syndrome (LAS).
Pada LAS Tubuh menghasilkan banyak respons
setempat terhadap stres, responnya berjangka pendek. Karakteristik dari LAS:
a.
Respon yang terjadi hanya
setempat dan tidak melibatkan semua sistem.
b.
Respons bersifat adaptif,
diperlukan stresor untuk menstimulasikannya.
GAS ini berfungsi sebagai
respon otomatis, respon fisik, dan respon emosi pada seorang individu. Selye
mengemukakan bahwa tubuh kita bereaksi sama terhadap berbagai stressor yang
tidak menyenangkan, baik sumber stress berupa serangan bakteri mikroskopi,
penyakit karena organisme, perceraian ataupun kebanjiran. Model GAS menyatakan
bahwa dalam keadaan stress, tubuh kita seperti jam dengan system alarm yang
tidak berhenti sampai tenaganya habis.
Respon GAS ini dibagi dalam tiga fase, yaitu:
1.
Reaksi waspada (alarm
reaction stage)
Adalah persepsi terhadap
stresor yang muncul secara tiba-tiba akan munculnya reaksi waspada. Reaksi ini
menggerakkan tubuh untuk mempertahankan diri. Diawali oleh otak dan diatur oleh
sistem endokrin dan cabang simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksi ini disebut
juga reaksi berjuang atau melarikan diri (fight-or-flight reaction).
2.
Reaksi Resistensi
(resistance stage)
Adalah tahap di mana tubuh
berusaha untuk bertahan menghadapi stressyang berkepanjangan dan
menjaga sumber-sumber kekuatan
(membentuk tenaga baru dan memperbaiki kerusakan). Merupakan tahap adaptasi
di mana sistem endokrin dan sistem simpatis tetap mengeluarkan hormon-hormon stresstetapi
tidak setinggi pada saat reaksi waspada.
3.
Reaksi Kelelahan
(exhaustion stage)
Adalah fase penurunan resistensi,
meningkatnya aktivitas para simpatis dan kemungkinan deteriorasi fisik. Yaitu
apabila stresor tetap berlanjut atau terjadi stresor baru yang dapat
memperburuk keadaan. Tahap kelelahanditandai dengan dominasi cabang
parasimpatis dari ANS. Sebagai akibatnya, detak jantung dan kecepatan nafas
menurun. Apabila sumber stressmenetap, kita dapat menngalami
”penyalit adaptasi” (disease of adaptation), penyakit yang
rentangnya panjang, mulai dari reaksi alergi sampai penyakit jantung, bahkan
sampai kematian.
4.
Faktor Yang Mempengaruhi
Respon Terhadap Stress
Respons terhadap stressor yang diberikan pada individu akan berbeda, hal
tersebut tergantung dari faktor stressor dan kemampuan koping yang dimiilki individu. Berikut
akan merupakan karakteristik stressor yang dapat mempengaruhi respons tubuh.
Sifat stressor dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur dan dapat mempengaruhi respons seseorang dalam
menghadapi stress, tergantung mekanisme yang dimiliknya.
Lamanya stressor yang dialami seseorang dapat mempengaruhi
respons tubuh. Apabila stressor yang dialami lebih lama, maka respons juga akan
lebih lama, tentunya dapat mempengaruhi fungsi tubuh.
d.
Pengalaman masa lalu.
Pengalaman masa lalu seseorang dalam menghadapi stress
dapat menjadi bekal dalam menghadapi stress berikutnya karena individu
memilki kemampuan beradaptasi/mekanisme koping yang lebih
baik.
e.
Tipe kepribadian.
Tipe kepribadian seseorang diyakini juga dapat
mempengaruhi respons terhadap stressor. Menurut Friedman dan Rosenman, 1974,
terdapat dua tipe kepribadian, yaitu Tipe A dan Tipe B. Orang dengan tipe
kepribadian A lebih rentan terkena stress apabila dibandingkan dengan orang
yang memiliki tipe kepribadian B.
TIPE
A
|
TIPE
B
|
a. Ambisius.
b. Agresif.
c. Kompetitif.
d. kurang
sabar.
e. mudah
tegang.
f. mudah
tersinggung.
g. mudah
marah.
h. memiliki
kewaspadaan yang berlebihan.
i.
berbicara dengan cepat.
j.
bekerja tidak kenal waktu.
k. pandai
berorganisasi dan memimpin atau memerintah.
l.
lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan.
m. kaku
terhadap waktu.
n. tidak
mudah dipengaruhi.
o. sulit
untuk santai.
|
a. lebih
santai,
a. penyabar,
b. tenang,
tidak mudah marah/tesinggung,
c. jarang
kekurangan waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai,
d. fleksibel,
e. mudah
bergaul, dll.
|
Ciri-ciri tipe kepribadian menurut Friedman dan
Rosenman, 1974.
f.
Tahap perkembangan.
Tahap perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi
yang semakin baik terhadap stressor. Stressor yang dialami individu berbeda
pada setiap tahap perkembangan usia sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah
ini.
Tahap
Perkembangan
|
Jenis
Stressor
|
Anak
|
1. Konflik
kemandirian dan tergantung pada orang tua
2. Mulai
besekolah
3. Hubungan
dengan teman sebaya
4. Kempetisi
dengan teman
|
Remaja
|
1. Perubahan
tubuh
2. Hubungan
dengan teman
3. Seksualitas
4. Kemandirian
|
Dewasa muda
|
1. Menikah
2. Meninggalkan
rumah
3. Mulai
bekerja
4. Melanjutkan
pendidikan
5. Membesarkan
anak
|
Dewasa tengah
|
1. Menerima
proses penuaan
2. Status
social
|
Dewasa tua
|
1. Usia
lanjut
2. Perubahan
tempat tinggal
3. Penyesuaian
diri pada masa pension
4. Proses
kematian
|
Empat variabel psikologik
yang dianggap mempengaruhi mekanisme respons stres:
1.
Kontrol: keyakinan bahwa seseorang
memiliki kontrol terhadap stresor yang mengurangi intensitas respon stress
2.
Prediktabilitas:
stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons stressyang tidak begitu
berat dibandingkan stresor yang tidak dapat diprediksi.
3.
Persepsi:
pendangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat ini dapat
meningkatkan atau menurunkan intensitas respon stres.
4.
Respons koping:
ketersediaan dan efektifitas mekanisme mengikat ansietas, dapat menambah atau
mengurangi respon stres.
5. Proses Koping dan Adaptasi
Koping adalah sebuah
mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima
tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik
yaitu stres. Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi
terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010).
Mekanisme koping adalah
cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan,
serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999). Sedangkan menurut
Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan
dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang
melelahkan atau melebihi sumber individu.
Berdasarkan kedua definisi
di atas, maka yang dimaksud mekanisme koping adalah cara yang digunakan
individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan
situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku
Individu dapat mengatasi stressdengan
menggerakkan sumber koping di lingkungan. Ada lima sumber koping yaitu: aset
ekonomi, kemampuan dan keterampilan individu, teknik-teknik pertahanan,
dukungan sosial dan dorongan motivasi (Hidayat, 2008).
A. Fase Waktu
Stress dan Strategi Koping
1.
Periode
Antestres
Periode stress sebelum benar-benar melawan stressor,
antisipasi kadang mungkin terjadi, terdapat kesadaran terhadap bahaya yang
mengancan atau ancaman situasi yang dirasakan.
2.
Periode StressAktual
Strategi koping selama periode stress biasanya berbeda
intensitas dan jenisnya dari strategi yang digunakan sebelum awitan stressor
dan stress. Mungkin terdapat stratergi defensive dan bertahan yang sangat dasar
digunakan selama periode ini jika stress sangat berat.
3.
Periode
Pascastres
Strategi koping yang ditetapkan setelah periode stress
akut, disebut fase pascatruama yang terdiri dari satrategi untuk mengembalikan
diri ke keadaan homeostasis yang seimbang.
B.
Pengertian Adaptasi
Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai
individu dalam berespons terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat
mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan
menghasilkan perilaku adaptif. Istilah lain adaptasi adalah
penyesuaian diri.
W.A Gerungan
(1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan
keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan diri)”. Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya
pasif (autoplastik). Sebaliknya,
apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan
diri, sifatnya adalah aktif (alloplastik).
Sedangkan menurut Soeharto Heerdjan (1987), “ Penyesuaian diri adalah usaha
atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.
C. Tujuan Adaptasi
a.
Menghadapi
tuntutan keadaan secara sadar.
b. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik
c.
Menghadapi
tuntutan keadaan secara obyektif
d. Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional
D. Macam-Macam Adaptasi
1.
Adaptasi fisiologis
Adalah proses
dimana respon tubuh terhadap stressor untuk mempertahankan fungsi kehidupan,
dirangsang oleh faktor eksternal dan internal, respons dapat dari sebagian
tubuh atau seluruh tubuh serta setiap tahap perkembangan punya stressor
tertentu. Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik
negatif, yaitu suatu proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan
abnormal seperti penurunan suhu tubuh dan membuat suatu respons adaptif seperti
mulai mengigil untuk membangkitkan panas tubuh.
Ketiga
mekanisme utama yang digunakan dalam menghadapi stressor dikontrol oleh medula
oblongata, formasi retikuler dan hipofisis. Riset klasik yang telah dilakukan
oleh Hans Selye (1946,1976) telah mengidentifikasi dua respons fisiologis
terhadap stress, yaitu:
a)
LAS ( Local Adaptation Syndrome)
Tubuh
menghasilkan banyak respons setempat terhadap stres, responnya berjangka pendek
Karakteristik
dari LAS:
1. Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak
melibatkan semua sistem.
2. Respons bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk
menstimulasikannya.
3. Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus
menerus.
4. Respons bersifat restorative.
b)
GAS (General Adaptasion
Syndrom)
Merupakan
respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respons yang terlibat
didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku
teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
GAS diuraikan
dalam tiga tahapan berikut:
1. Fase alarm
Melibatkan
pengerahan mekanisme pertahan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor
seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan
akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Aktifitas hormonal yang luas ini
menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan atau menghindar. Respons
ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stressor menetap maka individu
akan masuk kedalam fase resistensi.
2. Fase resistance (melawan)
Individu
mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan
masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi
fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi
faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi, gejala stress menurun atau
normal. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari
GAS yaitu: Fase kehabisan tenaga.
3. Fase exhaustion (kelelahan)
Merupakan fase
perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Tahap
ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi
menghadapi stress. Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap
stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.
2.
Adaptasi psikologis
Seseorang yang
menghadapi stress akan mengalami kondisi-kondisi yang tidak mengenakkan secara
psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi, terancam, tak tentram yang semuanya
itu berdampak pada munculnya suatu kontak konflik dalam jiwa mereka. dan
konflik tersebut diekspresikan dalam bentuk kemarahan atau ekspresi-ekspresi
lain yang dapat membuat orang tersebut merasa sedikit nyaman atau terlepas dari
stress yang dihadapinya.
Perilaku adaptasi
psikologi membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi stressor, diarahkan
pada penatalaksanaan stress dan didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman
sejalan dengan pengidentifikasian perilaku yang dapat diterima dan berhasil.
Perilaku adaptasi
psikologi dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif membantu
individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Perilaku destruktif
mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pmecahan masalah, kepribadian dan
situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi.
Perilaku adaptasi
psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini dapat
berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan teknik pemecahan masalah
secara langsung untuk menghadapi ancaman atau dapat juga mekanisme pertahanan
ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distress emosional dan dengan
demikian memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stress.
3.
Adaptasi perkembangan
Pada setiap
tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan
menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress
yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan
tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuj ekstrem, stress yang berkepanjangan
dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
Bayi atau anak
kecil umumnya menghadapi stressor di rumah. Jika diasuh dalam lingkungan yang
responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan
pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992)
Anak-anak usia
sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai menyadari bahwa
akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka
mencapai tujuan, dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling
berbagi diantara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukan oleh ketidakmampuan
atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.
Remaja biasanya
mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu
diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat
menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap
stressor, tetapiremaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukan
peningkatan masalah psikososial (Dubos,1992).
Dewasa muda
berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang
dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga.
Stressor mencakup konflik antara harapan dan realitas.
Usia setengah
baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier yang stabil
dan kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol
keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak,
atau orang tua dari kebutuhan mereka.
Usia lansia
biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan kemungkinan
terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus
menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis.
4.
Adaptasi sosial budaya
Mengkaji
stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian tentang
besaranya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stressor pada
keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga
secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).
5.
Adaptasi spiritual
Orang
menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara,
tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang
berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang
stressor sebagai hukuman.
6. Jenis – Jenis Mekanisme Pertahanan Diri
Mekanisme pertahanan diri antara lain:
A.
Task oriented
behavior
Perilaku
berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi stress,
memecahkan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan (Stuart &
Sundeen, 1991). Tiga tipe umum perilaku yang berorientasi tugas adalah:
1)
Perilaku
menyerang
Adalah tindakan untuk menyingkirkan
atau mengatasi suatu stressor.
2)
Perilaku menarik
diri
Adalah menarik diri secara fisik
atau emosional dari stressor.
3)
Perilaku
kompromi
Adalah mengubah metode yang biasa
digunakan, mengganti tujuan atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan
untuk memenuhi lain atau untuk menghindari stress.
B.
Ego Dependen
Mekanism
Perilaku tidak
sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang
menegangkan (Sigmund Frued). Mekanisme ini sering kali diaktifkan oleh stressor
jangka pendek dan biasanya tidak mengakibatkan gangguan psikiatrik. Ada banyak
mekanisme pertahanan ego, yaitu:
1.
Represi
(Repression)
Mekanisme
dimana seseorang yang memiliki keinginan-keinginan, impuls-impuls pikiran,
kehendak-kehendak yang tidak sesuai dan mengganggu kebutuhan/motivasinya,
disingkirkan dari alam sadar dan ditekan ke dalam alam bawah sadar.
Secara tidak
sadar seseorang menekan pikiran-pikiran yang tidak sesuai atau menyedihkan
keluar dari alam sadar ke alam tak sadar. Repression yang terus menerus
akan menjadi tumpukan kekecewaan sehingga menjadi “kompleks terdesak”
Contoh :
seorang pemuda melihat kematian temannya waktu kecelakaan, kemudian “lupa”
tentang kejadian tersebut. (lupa ini disebut amnesia yang psikogenik, bila lupa
karena gegar otak maka disebut amnesia organik).
2.
Kompensasi
(Compensation)
Mekanisme dimana seseorang mengabdikan dirinya kepada
mengejar suatu tujuan, dengan usaha yang lebih giat ke dalam usahanya itu untuk
mengatasi rasa kekurangan yang sebenarnya atau yang hanya dirasakan saja.
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang baik
atau karena frustrasi dalam suatu bidang, lalu dicari kepuasan secara
berlebihan dalam bidang yang lain (kompensasi berlebihan). Kompensasi dilakukan
terhadap perasaan kurang mampu (inferior).
Contoh : anak yang tidak pandai di sekolah, menjadi
anak jagoan atau ditakuti oleh teman-temannya.
3.
Konversi
(Conversion)
Mekanisme dimana konflik emosional memperoleh ekspresi
luar melalui manifestasi motorik, sensoris, somatik.
Contoh : saat stress menjadi mudah marah,
teriak-teriak, atau berolahraga.
4.
Penyangkalan
(Denial)
Proses mekanisme dimana seseorang menghindarkan
kenyataan yang menimbulkan sakit dan rasa cemas, dengan secara tidak sadar
menyangkal adanya kenyataan, yang disangkal itu mungkin berupa suatu pikiran,
keinginan, atau suatu keadaan dan benda. Menyangkal realitas yang menimbulkan
rasa takut, sakit, malu, atau cemas.
Contoh : seorang ibu tidak mau menerima bahwa anaknya
terbelakang mental sehingga anak tersebut dititipkan pada saudaranya yang jauh.
5.
Memindahkan
(Displacement)
Proses mekanisme dimana emosi2 yang tertahan diberikan
tujuan yang lain ke arah ideide, objek-objek, atau orang lain daripada ke
sumber primer emosi. Luapan emosi terhadap seseorang atau objek dialihkan
kepada seseorang atau objek yang lain.
Contoh : seorang anak yang dimarahi ibunya kemudian
dia memukul adiknya atau menendang kucingnya.
6.
Disosiasi
(Dissociation)
Beban emosi dalam suaatu keadaan yang menyakitkan
diputus atau diubah. Mekanisme dimana suatu kumpulan proses-proses mental
dipisahkan atau diasingkan dari kesadaran dengan bekerja secara merdeka atau
otomatis, afek dan emosi terpisah, dan terlepas dari ide, situasi, objek,
misalnya pada selektif amnesia.
Contoh : rasa sedih karena kematian seorang kekasih
dikurangi dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita
lagi”.
7.
Fantasi
(Fantasy) atau Khayalan
(Image)
Suatu proses melamun (menerawang) atau tindakan
berkhayal untuk memberikan pelarian dari kenyataan, dengan kepuasan diperoleh
dan pencapaianpencapaian kenikmatan yang bersifat khayal atau mati sebagai pahlawan
yang tidak berdosa.
Contoh : seorang anak yang kurang pandai lalu
berkhayal dirinya menjadi bintang pelajar.
8.
Identifikasi
(Identification)
Suatu mekanisme dimana seseorang mempertinggi harga
dirinya dengan mempolakan dirinya serupa dengan orang lain (tabiat-tabiatnya
meniru orang lain). Menambah rasa harga diri dengan menyamakan harga dirinya
seperti seorang atau suatu hal yang dikaguminya.
Contoh : seorang anak yang bersolek atau berdandan
seperti ibunya, atau malah bersolek seperti bintang iklan.
9.
Introyeksi
(Introjection)
Proses dimana seseorang mengambil ke dalam struktur
egonya sendiri, semua atau sebagian dari kepribadiannya sendiri.
Contoh : seorang anak yang membenci seseorang tapi
“memasukkan” ke dirinya sendiri, hingga jika ia kesal ke orang tersebut ia akan
memukuli dirinya sendiri.
10.Negativisme (Negativism)
Proses perlawanan yang aktif atau pasif terhadap
permintaan-permintaan yang ditujukan kepada seseorang. Negativisme aktif kalau
seseorang berbuat kebalikan dari apa yang diminta darinya. Negativisme pasif
kalau ia menghindarkan apa yang diharapkan dari padanya.
Contoh: seorang anak yang disekolahkan tidak sesuai
dengan minatnya maka ia sering bolos sehingga prestasinya menjadi kurang.
11.Proyeksi (Projection)
Adalah mekanisme dengan apa seseorang melindungi
dirinya dari kesadaran akan tabiat-tabiatnya sendiri yang tidak baik, atau
perasaan-perasaan dengan menuduhkannya kepada orang lain. Menyalahkan orang
lain mengenai kesulitannya sendiri yang tidak baik.
Contoh : seorang murid tidak lulus lalu mengatakan
gurunya sentimen kepada dia.
12.Rasionalisme (Rationalization)
Mekanisme dimana seseorang membenarkan tingkah lakunya
yang tidak konsekuen dan tidak baik. Termasuk membenarkan kepercayaan,
keterangan, alasan-alasan (motivasi) dengan memberikan penjelasan dan
keterangan baginya. Berusaha untuk membuktikan bahwa perbuatannya (yang
sebenarnya tidak baik) dianggap rasional adanya, dapat dibenarkan, dan dapat
diterima.
Contoh: seorang anak menolak bermain bulu tangkis
dengan temannya karena “kurang enak badan” atau “besok ada ulangan” (padahal
takut kalah).
13.Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Proses dimana seseorang mengambil kedalam struktur
egonya sendiri, semua atau sebagian dari suatu objek, yang kemudian dianggap
sebagai suatu unsur dari kepribadiannya sendiri. Supaya tidak menuruti
keinginannya yang jelek, maka sebagai penghalang diambil sikap atau perilaku
yang sebaliknya.
Contoh: seorang mahasiswa yang bersikap hormat secara
berlebihan terhadap dosen yang sebenarnya tidak ia suka.
14.Regresi (Regression)
Keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih
awal dan kurang matang dalam adaptasi. Bentuknya yang ekstrim
adalah tingkah laku infantile (kekanak-kanakan). Keadaan seorang yang kembali
ke tingkat perkembangan yang sebelumya dan kurang matang dalam adaptasi.
Contoh : seorang anak yang sudah tidak ngompol,
mendadak ngompol lagi karena cemas mau masuk sekolah atau mulai menghisap
jempol lagi setelah ia memiliki adik.karena merasa perhatian ibunya terhadap
dirinya berkurang.
15.Sublimasi (Sublimation)
Proses dengan apa kehendak-kehendak tidak sadar dan
tidak dapat diterima, disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial
yang tinggi. Dorongan atau kehendak2 yang tidak dapat disalurkan menjadi
aktivitas yang memiliki nilai sosial.
Contoh : seseorang tidak suka berkelahi kemudian ia
menjadi atlet petinju.
16.Menghapuskan (Undoing)
Mekanisme dimana seseorang secara simbolis melakukan
kebalikan sesuatu yang telah dikerjakannya, atau pikiran yang tidak dapat
diterima oleh egonya dan masyarakat. Dia secara simbolis menghapus pikiran,
perasaan, atau keinginan yang tidak dapat diterima egonya atau masyarakat.
Contoh : seorang suami yang berselingkuh lalu ia
memberi bermacam-macam hadiah kepada istrinya.
17.Simpatisme
Berusaha mendapatkan simpati dengan jalan menceritakan
berbagai kesukarannya, misalnya penyakit atau kesulitan-kesulitan lainnya. Bila
ada yang menyatakan simpati kepadanya maka rasa harga dirinya diperkuat,
biarpun ada kegagalan.
Contoh: seorang siswa yang mengeluh bahwa dia tidak
mempunyai buku-buku pelajaran karena orang tuanya miskin dan tidak bisa
membelikannya, lagi pula ibunya sakit-sakitan.
Orang yang sehat biasa menggunakan
berbagai mekanisme pertahanan selama hidupnya. Mekanisme tersebut menjadi
patologis bila penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang berperilaku
maladaptif sehingga kesehatan fisik dan/atau mental orang itu turut
terpengaruhi. Kegunaan mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi
pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial, atau untuk menjadi tempat
"mengungsi" dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi.
Faktor penyebab perlunya dilakukan
mekanisme pertahanan adalah kecemasan. Bila kecemasan sudah membuat seseorang
merasa sangat terganggu, maka ego perlu menerapkan mekanisme pertahanan untuk
melindungi individu. Rasa bersalah dan malu sering menyertai perasaan cemas.
Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan fisik dan mental. Perasaan
demikian akan terdorong untuk bertindak defensif terhadap apa yang dianggap
membahayakannya. Penggunaan mekanisme pertahanan dilakukan dengan membelokan
impuls id ke dalam bentuk yang bisa diterima, atau dengan tanpa disadari
menghambat impuls tersebut.
7. Respon / Indikasi Stress
Indikator stressindividu dapat
fisiologis dan psikologis
A.
Indikator
Fisiologis
Respon terhadap stressbervariasi
bergantungpada persepsi individu terhadap peristiwa. Tanda dan gejala
fisiologis stressmuncul akibat aktivitas sistem simpatetik dan sistem
neuroendokrin tubuh. Idikator Fisiologis stressadalah :
1. Pupil dilatasi untuk meningkatkan
persepsi visual ketika muncul ancaman serius terhadap tubuh.
2. Produk keringat (diaforesis) meningkat
untuk mengendalikan peningkatan panas tubuh akibat peningkatan metabolisme.
3. Frekuensi jantung dan curah jantung
meningkat untuk transpar nutrien dan produk sisa metabolisme secara efisien.
4. Kulit pucat karena konstriksi pembuluh
darah perifer,yang merupakan pengaruh norepinefrin.
5. Retensi natrium dan air meningkat
akibat pelepasan mineral okortikoid yang mengakibatkan peningkatan volume
darah.
6. Kecepatan dan kedalaman respirasi
meningkat karena karena dilatasi bronkiolus yang meningkatkan hiperventilasi.
7. Haluaran urine menurun.
8. Mulut kering.
9. Peristaltik usus menurun, mengakibatkan
kemungkinan konstipasi dan flatus.
10.
Untuk
ancaman serius kewaspadaan mental membaik.
11.
Ketegangan
otot meningkat untuk mempersiapkan pertahanan atau aktivitas motorik yang
cepat.
12.
Gula
darah meningkat karena pelepasan glukortikoid dan glukoneogenesis.
B.
Indikator
Psikologis
Manifestasi
psikologis stressmencakup ansietas,takut, marah, depresi,dan mekanisme
pertahanan ego yang tidak disadari. Beberapa koping tersebut dapat membantu,
yang lain menjadi penghalang, bergantung pada situasi dan lama waktu mekanisme
tersebut digunakan atau dialami.
1.
Ansietas
Reaksi
umum terhadap stressadalah ansietas, suatu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutan atau firasat putus asa karena ancaman yang akan
terjadi. Ansietas dapat dialami pada tingakat sadar, setengah sadar, atau tidak
sadar.
Empat
hal yang membedakan ansietas dengan takut adalah :
·
Sumber
ansietas tidak dapat diidentifikasikan, sumber rasa takut dapat
diidentifikasikan.
·
Ansietas
dikaitkan dengan masa depan, yaitu untuk kejadian yang diantisipasi. Rasa takut
dikaitkan dengan kondisi saat ini.
·
Ansietas
bersifat tidak jelas, sementara rasa takut bersifat pasti.
·
Ansietas
merupakan akibat konflik psikologis atau emosi ,rasa takut merupakan akibat
identitas fisik atau psikologis yang mempunyai ciri tersendiri.
Ansietas dapat dimanifestasikan pada
empat tingkat :
a.
Ansietas
Ringan menciptakan kondisi sedikit bergairah yang meningkatkan kemampuan
persepsi, pembelajaran, dan produktif.
b.
Ansietas
Sedang meningkatkan status gairah ke satu titik ketika seseorang
mengekspresikan perasaan tegang, cemas, atau khawatir.
c.
Ansietas
berat menghabiskan sebagian besar energi individu dan membutuhkan intervensi.
d.
Panik
adalah tingkat kecemasan yang memakutkan dan sangat membebani sehingga membuat
individu kehilangan kendali.
2.
Depresi
Depresi
adalah reaksi umum terhadap kejadian yang tampak kacau ataunegatif. Tanda dan
gejala depresi dan tingakat keparahanmasalah bebeda pada setiap klien dan
bergantung pada makna kejadian pemicu.
Tanda fisik depresi
mencakup :
a.
Kehilangan
nafsu makan
b.
Penurunan
berat badan
c.
Konstipasi
d.
Sakit
kepala
e.
Limbung
3.
Takut
Takut
adalah emosi atau rasa khawatir yang dibangkitkan oleh persepsi bahaya, nyeri,
atau ancaman lain yang akan terjadi atau tampak. Objek rasa takut mungkin
berdasarkan pada realitas, mungkin juga tidak.
4.
Marah
Marah
adalah status emosi yang terdiri dari perasaan subjektif rasa bermusuhan atau
ketidaksenangan yang kuat. Individu dapat merasa bersalah ketika mereka marah karena diajarkan bahwa merasa
marah itu salah.
Ekspresi
marah verbal dapat dipertimbangkan sebagai tanda terhadap seseorang atas
ketidaknyamanan psikologis internal individu dan sebagai permintaan bantuan
untuk menghadapi persepsi stres. Orang yang marah meluapkan kemarahannya dan mencegah akumulasi emosi.
5.
Mekanisme
Pertahanan Ego yang Takdisadari
Mekanisme
pertahanan ego yang tak disadari adalah mekanisme adaptif psikologik, atau
dalam pernyataan Sigmund freud (1946), mekanisme mental yang berkembang saat
personalitas berupaya mempertahankan diri, menciptakan gangguan terhadap impuls
yang bertentangan dan meredakan ketegangan di dalam diri.
Mekanisme
pertahanan adalah pikiran yang tidak disadariyang bekerja untuk
melindungiindividu dari ansietas.
8. Teknik Manajemen Stress
Rahasia yang paling sederhana untuk
suatu metode manajemen stressyang efektif adalah mengakui
apa yang sedang anda rasakan. Ketika anda belajar untuk mengenal dan memahami
apa yang anda rasakan, maka anda membuat langkah pertama yang penting untuk
mengatasi stres.
Solusi yang tepat dalam menghadapi apa
pun penyebab stressyang potensial dalam hidup kita yakni kita harus memiliki
kemampuan untuk menyadari, menerima, untuk menghadapi dan memiliki kemampuan
untuk mengambil tindakan.
Adapun
tehnik penghentian pikiran dan pengalihan pikiran agar tetap teguh, adalah :
1.
Fleksibel
: mengumpulkan data sebanyak mungkin dan tidak hanya menggunakan satu sudut
pandang saja.
2.
Adaptif :
memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengubah diri dan tidak menolak gagasan
baru.
3.
Rasional
: selalu berusaha mempertahankan perspektif suatu peristiwa,tidak ada yang
seharusnya atau semestinya.
4.
Positif :
yakin bisa dalam mengatasi masalah
5.
Berorientasi
solusi : berpikir bagaimana untuk mengatasi masalah tanpa menimbulkan permusuhan
atau mencari kambing hitam.
Relaksasi adalah sebuah cara untuk
memperoleh pikiran yangg tenang dan tubuh yang santai. Ada 2 macam relaksasi
yakni
1.
Relaksasi aktif :membutuhkan energi atau usaha yang lebih
besar, seperti olah raga.
2.
Relaksasi pasif : memerlukan energi yang
sangat sedikt kalaupun adadan dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring.
Manfaat
dari relaksasi pasif adalah meningkatkan konsentrasi dan mempertajam pikiran,
membuat tidur lebih enak, meningkatkan koordinasi,ketepatan waktu dan keseimbangan,
merasa lebih sehat, lebih bahagia, dan lebihbergairah, membantu kita dalam
menghadapi sakit dan ketidaknyamanan.
Beberapa
tehnik circuit brekerdan koridor stressadalah sebagai berikut :
1.
Pernafasan
Dalam : menarik nafas dalam-dalam dan perlahan kemudian menghembuskannya,
lakukan ini dua atau tiga kali.
2.
Mandi :
santai di dalam bak mandi yang berisi air hangat, minyaki tubuh anda jika
perlu.
3.
Tertawa :
inilah satu-satunya circuit breker terbaik yang kita miliki. Lihat sisi lucu
kehidupan ini, sewa vidio komedi, atau nontonlah film-f ilm komedi.
4.
Pijat :
ini adalah cara yang paling menyenangkan untuk keluar dari tekanan fisik.
5.
Membaca :
peredam emosi yang luar biasa untuk jangka pendek.
6.
Kecanduan
Positif : lakukan sesuatu yang anda sukai secara teratur, seperti pergi ke
pantai, berkunjung, melukis.
7.
Istirahat
yang teratur : Beristirahatlahsecara teratur pada jam-jam kerja
8.
Ngobrol :
luangkan waktu untuk mengekspresikan perasaan kepada orang lain, hal-hal yang
tersimpan dalam hati dapat bersifat merusak.
Sumber
bantuan yang dapat diandalkan untuk membantu dalam mengatasi stressyaitu
:
1.
Memiilih
konselor
2.
Memilih
psikolog
3.
Kursus,
loka karya dan seminar-seminar tentang pengendalian stres
4.
Darurat,
jika dalam keadaan genting di tengah malam, maka pelayanan seperti Lifeline
merupakan sumber dukungan dan bantuan yang sangat bagus.
5.
Obat-obatan,obat
dengan resep dokter untuk stressmungkin hanya akan efektif
dalam jangka pendek.
6.
Psikoanalisis
jangka panjang, secara umum psikoanalisis jangka panjang hanya menghambur-hamburkan
waktu, energi dan uang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa stress adalah adalah reaksi tubuh terhadap situasi
yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain ada dan
berasal dari lingkungan, kondisi dirinya, serta pikiran. Penyebab stress
dianggap suatu hal yang biasa dimana didalamnya dapat merespon apa yang terjadi
pada hubungan stresor, dianggap positif karena adanya interaksi
individu dan lingkungan. Stress dapat mempengaruhi sifat dari
stresor seperti lingkungan baik secara fisik, psikososial maupun spiritual
serta dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang.
B. Saran
1.
Perlunya pemahaman konsep
stress dan adaptasi untuk bisa menerapkan manajemen stress.
2. Perawat perlu memahami konsep stress dan adaptasi
secara mendalam sehingga akan bermanfaat bagi dirinya maupun pasien.
3. Manajemen stressor akan membuat kita mampu mengurangi dampak
stressor.
Daftar Pustaka
Erika, janny. 2011. Adaptasi. Dalam http://jannyerika-mkes.blogspot.com/2011/06/adaptasi.html
diakses 10 september 2016
Inside, Bayu.2010.stressdan adaptasi.dalam http://bayu-inside.blogspot.com/2011/10/stressdan
adaptasi.html diakses 10 september 2016
Kozier.Erb.Berman.Snyder.Buku Ajar Fundamental
keperawatan edisi 7 volume 2. 2011
Potter Perry. 1997.Fundamentals Of Nursing : Concepts,
Process and Practice, Fourth Edition, Mosby Year Book.
Wolf, Weitzel, Fuerst.1984.Dasar-dasar Ilmu
Keperawatan. buku kedua. Jakarta: Gunung Agung,.
EmoticonEmoticon