I. PENGERTIAN
Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg ( Smith Tom, 1995 ).
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila
tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan
diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan
diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom,
1995 ).
Usia
|
Tekanan darah
dalam mmHG
|
Bayi
|
90/50
|
Anak-anak
|
100/60
|
Remaja
|
110/66
|
Dewasa muda
|
120/80
|
Dewasa tua
|
130/80
|
Lansia
|
130-140/80-90
|
Tabel 1
Nilai Normal Tekanan Darah
Penting untuk diingat
bahwa tekanan darah seseorang yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda
tergantung usia, pekerjaan, ataupun hal tertentu lainnya yang dapat
mempengaruhinya.
Tingkatan
|
Sistolik
|
Diastolik
|
Hipotensi
|
< 90
|
< 60
|
Normal
|
90-120
|
60-80
|
Pre hipertensi
|
120-140
|
80-90
|
Stadium 1/ringan
|
140-160
|
90-100
|
Stadium 2/sedang
|
160-180
|
100-110
|
Stadium 3/berat
|
180-210
|
110-120
|
Stadium 4/emergency
|
> 210
|
> 120
|
Tabel 2
Klasifikasi Hipertensi
II. PENYEBAB
Hipertensi
berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany
Gunawan, 2001 )
1.
Hipertensi essensial
( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2.
Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hipertensi primer
terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai
berikut :
1.
Faktor keturunan
Dari data statistik
terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
a)
Ciri perseorangan
Ciri perseorangan
yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ),
jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
b)
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang
sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (
melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh
lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison,
epineprin )
III.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor,
pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan
dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan
gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
IV. PATHWAY
pathway hipertensi
(Klik Gambar Untuk Memperbesar)
V. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada
hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )
1.
Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang
spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2.
Gejala yang
lazim
Tanda dan gejala yang dapat timbul oleh penyakit
hipertensi adalah sebagai berikut:
a)
Nyeri kepala
b)
Nyeri atau tengkuk
terasa berat
c)
Susah tidur
d)
Mudah lelah dan
emosional
e)
Gemetar
f)
Nadi cepat setelah
aktivitas
g)
Terkadang juga
disertasi mual, muntah, sesak hingga epistaksis
.
VI. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin,
darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena
arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan
VII.
PENGKAJIAN
1.
Aktivitas
/ istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya
hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin
3.
Integritas
Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria, factor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara
4.
Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5.
Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6.
Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit
kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optik
7.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
8.
Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi napas tambahan, sianosis
9.
Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural
10.Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga, hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, DM , penyakit ginjal, Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB
atau hormon
VIII.
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan
hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi
:
1.
Terapi tanpa Obat
Terapi
tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
a) Diet
Diet
yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1)
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5
gr/hr
2)
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3)
Penurunan berat badan
4)
Penurunan asupan etanol
5)
Menghentikan merokok
6)
Diet tinggi kalium
b) Latihan
Fisik
Latihan
fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
1)
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
2)
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
3) Lamanya
latihan berkisar antara 20- 25 menit berada dalam zona latihan
4) Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
c) Edukasi
Psikologis
Pemberian
edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1)
Tehnik Biofeedback
Biofeedback
adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal.
Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
2)
Tehnik relaksasi
Relaksasi
adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan
atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d) Merubah
Gaya Hidup
Penatalaksanaan
yang perlu dilakukan selanjutnya adalah merubah gaya hidup seperti di bawah ini
agar hipertensi dapat dikontrol dan dicegah, antara lain:
1) Turunkan
berat badan
2) Kurangi
konsumsi alkohol
3) Beraktivitas
secara teratur
4) Mengurang
konsumsi natrium berlebihan
5) Kurangi
atau bahkan berhenti merokok
2.
Terapi dengan Obat
Tujuan
pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya
meliputi :
a) Step
1 : Obat pilihan pertama : diuretika,
beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b)
Step 2 :
Alternatif yang bisa diberikan
1)
Dosis obat pertama dinaikan
2)
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3)
Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa diuretika ,
beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c) Step
3 : alternatif yang bisa ditempuh
1)
Obat ke-2 diganti
2)
Ditambah obat ke-3 jenis lain
d) Step
4 : alternatif pemberian obatnya
1)
Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2)
Re-evaluasi dan konsultasi
3.
Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk
mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang
baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara
pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi
pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
a) Setiap
kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b) Bicarakan
dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c) Diskusikan
dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan
untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d) Yakinkan
penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas
dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan
mengukur memakai alat tensimeter
e) Penderita
tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
f) Sedapat
mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
g) Ikutsertakan
keluarga penderita dalam proses terapi
h) Pada
penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah
i) Buatlah
sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari
j) Diskusikan
dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi
k) Yakinkan
penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk
mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
l) Usahakan
biaya terapi seminimal mungkin
m) Untuk
penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
n) Hubungi
segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat
pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi.
IX.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri biologi
2.
Anxietas berhubungan dengan
krisis situasional
3.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik
X.
Intervensi
Keperawatan Hipertensi
Diagnosa 1
: Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
Tujuan dan kriteria
hasil (NOC)
Setelah diberikan
perawatan pasien akan:
a)
Memperlihatkan pengendaian nyeri,
yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1.
tidak pernah
2.
jarang
3.
kadang-kadang
4.
sering
5.
selalu
Indicator
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Mengenali awitan
nyeri
|
|||||
Menggunakan
tindakan pencegahan
|
|||||
Melaporkan nyeri
dapat dikendaikan
|
b)
Menunjukan tingkat nyeri, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1.
sangat berat
2.
berat
3.
sedang
4.
ringan
5.
tidak ada
Indicator
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Ekspresi nyeri pada
wajah
|
|||||
Gelisah atau
ketegangan otot
|
|||||
Durasi episode
nyeri
|
|||||
Merintih dan
menangis
|
|||||
gelisah
|
c)
memperlihatkan teknik relaksasi
secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
d)
mempertahankan nyeri pada ….atau
kurang (dengan skala 0-10)
e)
melaporkan kesejahteraan fisik
dan psikologis
f)
mengenali factor penyebab dan
menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor tersebut
g)
melaporkan nyeri kepada pelayan
kesehatan
h)
melaporkan pola tidur yang baik
Intervensi
keperawatan (NIC)
Pengkajian
a)
Gunakan laporan dari pasien
sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian
b)
Minta pasien untuk menilai nyeri
dengan skala 0-10.
c)
Gunakan bagan alir nyeri untuk
mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan efek sampingnya
d)
Kaji dampak agama, budaya dan
kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien
e)
Dalam mengkaji nyeri pasien,
gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat perkembangan pasien
Manajemen nyeri:
a)
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya
b)
Observasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Penyuluhan untuk
pasien/keluarga
a)
Sertakan dalam instruksi
pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi, frekuensi
pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan
khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila
mengalami nyeri membandel.
b)
Instruksikan pasien untuk
menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai
c)
Informasikan kepada pasien
tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping
yang ditawarkan
d)
Perbaiki kesalahan persepsi
tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko ketergantungan atau overdosis)
Manajemen nyeri:
a)
Berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
b)
Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)
Aktivitas kolaboratif
a)
Kelola nyeri pasca bedah awal
dengan pemberian opiate yang terjadwal (missal, setiap 4 jam selama 36 jam)
atau PCA
b)
Manajemen nyeri:
c)
Gunakan tindakan pengendalian
nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
d)
Laporkan kepada dokter jika
tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang
bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
Perawatan dirumah
a)
Intervensi di atas dapat
disesuaikan untuk perawatan dirumah
b)
Ajarkan klien dan keluarga untuk
memanfaatkan teknologi yang diperlukan dalam pemberian obat
Diagnosa 2
: Anxietas berhubungan dengan krisis situasional
Tujuan dan kriteria
hasil (NOC)
Setelah diberikan
perawatan klien akan menunjukkan:
a)
Ansietas berkurang, dibuktikan
oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai sedang dan selau menunjukkan
pengendalian diri terhadap ansietas, diri, koping.
b)
Menunjukkan pengendalian diri
terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh indicator sibagai berikut:
1.
tidak pernah
2.
jarang
3.
kadang-kadang
4.
sering
5.
selalu
Indicator
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Merencanakan
strategi koping untuk situasi penuh tekanan
|
|||||
Mempertahankan
performa peran
|
|||||
Memantau distorsi
persepsi
|
|||||
Memantau
manifestasi perilaku ansietas
|
|||||
Menggunakan teknik
relaksasi untuk meredakan ansietas
|
Intervensi
Keperawatan NIC
Pengkajian
a)
kaji dan dokumentasikan tingkat
kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik setiap……..
b)
kaji untuk factor budaya yang
menjadi penyebab ansietas
c)
gali bersama pasien tenteng
tehnik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan ansietas dimasa lalu
d)
reduksi ansietas (NIC);
menentukan kemampuan pengambilan keputusan pasien
Penyuluhan untuk
pasien dan keluarga
a)
buat rencana penyuluhan dengan
tujuan ang realistis, termasuk kebutuhan untuk pengulangan, dukungan dan pujian
terhadap tugas-tugas yang telah dipelajari
b)
berikan informasi mengenai sumber
komunitas yang tersedia, seperti teman, tetangga, kelompok swabantu, tempat
ibadah, lembaga sukarelawan dan pusat rekreasi
c)
informasikan tentang gejala
ansietas
d)
ajarkan anggota keluarga
bagaimana membedakan antara serangan panic dan gejala penyakit fisik
e)
penurunan ansietas (NIC);
f)
sediakan informasi factual
menyangkut diagnosis, terapi dan prognosis
g)
instruksikan pasien tentang
penggunaan teknik relaksasi
h)
jelaskan semua prosedur, termasuk
sensasi yang biasanya dialami selama prosedur
Aktivitas kolaboratif
a)
penurunan ansietas (NIC); berikan
obat untuk menurunkan ansietas jika perlu
Aktivitas lain
a)
pada saat ansietas berat,
dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan berikan ketenangan serta rasa nyaman
b)
beri dorngan kepada pasien untuk
mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan
ansietas
c)
bantu pasien untuk memfokuskan
pada situasi saat ini, sebagai cara untuk mengidentifikasi mekanisme koping
yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas
d)
sediakan pengalihan melaui
televise, radio, permainan serta terapi okupasi untuk menurunkan ansietas dan
memperluas fokus
e)
coba teknik seperti imajinasi
bombing dan relaksasi progresif
f)
dorong pasien untuk
mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan pasien untuk menangis
g)
yakinkan kembali pasien melalui
sentuhan, dan sikap empatik secara verbal dan nonverbal secara bergantian
h)
sediakan lingkungan yang tenang
dan batasi kontak dengan orang lain
i)
sarankan terapi alternative untuk
mengurangi ansietas yang dapat diterima oleh pasien
j)
singkirkan sumber-sumber ansietas
jika memungkinkan
k)
penurunan ansietas (NIC);
l)
gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
m) nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap
perilaku pasien
n)
damping pasien untuk meningkatkan
keamanan dan mengurangi rasa takut
o)
berikan pijatan punggung, pijatan
leher jika perlu
p)
jaga peralatan perawatan jauh
dari pandangan
q)
bantu pasien untuk
mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas
Diagnosa 3
: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik
Tujuan dan kriteria
hasil (NOC)
Setelah diberikan
perawatan pasien akan menunjukkan:
a)
Mentoleransi aktivitas yang
bisasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas, ketahanan,
penghematan energy, kebugaran fisik, energy psikomotorik, dan perawatan diri,
ADL.
b)
Menunjukkan toleransi aktivitas,
yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1.
gangguan eksterm
2.
berat
3.
sedang
4.
ringan
5.
tidak ada gangguan
Indikator
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Saturasi oksigen
saat beraktivitas
|
|||||
Frekuensi
pernapasan saat beraktivitas
|
|||||
Kemampuan untuk
berbicara saat beraktivitas fisik
|
Mendemonstrasikan penghematan
energy, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1.
tidak pernah
2.
jarang
3.
kadang-kadang
4.
sering
5.
selalu
Indikator
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Menyadari
keterbatasan energy
|
|||||
Menyeimbangkan
aktivitas dan istirahat
|
|||||
Mengatur jadwal
aktivitas untuk menghemat energy
|
Intervensi
keperawatan (NIC)
Pengkajian
a)
Kaji tingkat kemampuan pasien
untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan melakukan ADL
b)
Kaji respon emosi, sosial dan
spiritual terhadap aktivitas
c)
Evaluasi motivasi dan keinginan
pasien untuk meningkatkan aktivitas
Manajemen energy
(NIC):
a)
Tentukan penyebab keletihan
b)
Pantau respon kardiorespiratori
terhadap aktivitas
c)
Pantau respon oksigen pasien
terhadap aktivitas
d)
Pantau respon nutrisi untuk
memastikan sumber-sumber energy yang adekuat
e)
Pantau dan dokumentasikan pola
tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam
Penyuluhan untuk
pasien dan keluarga
a)
Instruksikan pada pasien dan
keluarga untuk:
b)
Penggunaan teknik napas
terkontrol selama aktivitas, jika perlu
c)
Mengenali tanda dan gejala
intoleransi aktivitas, termasuk kondisi yang perlu dilaporkan ke dokter
d)
Pentingnya nutrisi yang baik
e)
Penggunaan peralatan seperti
oksigen saat aktivitas
f)
Penggunaan tehnik relaksasi
selama aktivitas
g)
Dampak intoleransi aktivitas terhadap
tanggung jawab peran dalam keluarga
h)
Tindakan untuk menghemat energy
Manajemen energy
(NIC):
a)
Ajarkan pada pasien dan orang
terdekat tentang teknik perawatan diri yang akan meminimakan konsumsi oksigen
b)
Ajarkan tentang pengaturan
aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan
Aktivitas kolaboratif
a)
Berikan pengobatan nyeri sebelum
aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu penyebab
b)
Kolaborasikan dengan ahli terapi
okupasi, fisik atau rekreasi untuk merencanakan dan memantau program aktivitas,
jika perlu.
c)
Untuk pasien yang mengalami sakit
jiwa, rujuk kelayanan kesehatan jiwa dirumah
d)
Rujuk pasien kepelayanan
kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan perawtan rumah, jika perlu
e)
Rujuk pasien keahli gizi untuk
perencanaan diet
f)
Rujuk pasien kepusat rehabilitasi
jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit jantung
Aktivitas lain
a)
Hindari menjadwalkan pelaksanaan
aktivitas perawatan selama periode istirahat
b)
Bantu pasien untuk mengubah
posisi secara berkala, jika perlu
c)
Pantau tanda-tanda vital sebelum,
selama dan sesudah aktivitas
d)
Rencanakan aktivitas bersama
pasien secara terjadwal antar istirahat dan latihan
Manajemen energy
(NIC);
a)
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi pilihan aktivitas
b)
Rencanakan aktivitas pada periode
saat pasien memiliki energy paling banyak
c)
Bantu pasien untuk aktivitas
fisik teratur
d)
Bantu rangsangan lingkungan untuk
relaksasi
e)
Bantu pasien untuk melakukan
pemantauan mandiri dengan membuat dan menggunakan dokumentasi tertulis untuk
mencatat asupan kalori dan energy
Perawatan dirumah
a)
Evaluasi kondisi rumah yang dapat
menyebabkan intoleransi aktivitas
b)
Kaji kebutuhan terhadap alat
bantu, oksigen dan lain sebagainga dirumah
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi ,
Yogyakarta, Penerbit
Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et
all. Hipertensi : Pedoman Klinis
Diagnosis dan Terapi, Jakarta,
Penerbit Hipokrates, 1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan,
@ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?,Jakarta, Penerbit
Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa
: Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Brunner &
Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal
Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler,
Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC,
1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi
dan diet, Jakarta,
Penerbit Arcan, 1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan,
diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran
EGC, 1998
Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku
DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi
9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep.
EGC. Jakarta
EmoticonEmoticon